Sabtu, 09 November 2013

Pemetaan Kampung Gila Katanya


Papan Nama Balai Desa
Suatu hal yang membuatku terkejut ketika yang kutanyai memang orang gila/orang idiot, Sebuah pengalaman pertama saat kami dilatih untuk mengerti tengtang apa itu pemberdayaan masyarakat islam sebagai mahasiswa dari IAIN Sunan Ampel (sekarang UINSA), sebagai mahasiswa semester 4 kami di tuntut untuk mengaplikasikan ilmu kami dilapangan untuk yang pertama kalinya, yakni di kampung gila (sebenarnya bukan kampung gila namun ini karena ulah seseorang yang membuat kampung ini mengila) tepatnya di Desa Paringan, Kecamatan jenangan, Kabupaten Ponorogo. Selama seminggu penuh kami mencoba hidup bagaikan warga sana, kami menginap dirumah warga yakni rumah kepala dusun krajan yakni rumah pak heru. Guna dapat mempraktekan Pemetaan dalam Sistem PAR (participation Riset Action). Bersama Sri Hayati, Muslim Afandi, Anis Mufida,  Nasikhul Ulum, Maghfiroh, Nasrudin(saya), Kurnia Sari, Sutrisno, Siti Shofiyah, Fitria Arifin,  Lisa Anggasari, M. Musyafa’
  
Saya : dos pundi pak . . . (dari mana pak)
Bapak : dos pundi pak?
Saya : dos pundi pak . . . (tanya yang kedua kalinya, agak bingung)
Bapak : dos pundi pak?!!!!!
Saya : dos pundi pak . . . (tanya yang ketiga kalinya, tambah bingung)
Bapak : dos pundi pak?
Saya : ?(kabur kembali ke Base Camp)

Sebuah dialog yang membingungkan, saat saya mencoba mencari informasi dan mencoba mengakrabkan diri dengan cara wawancara semi terstruktur, tenyata malah saya yang KO karna yang saya wawancarai adalah golongan orang Idiot dan orang gila. Begitulah sebuah keadaan ditempat ini yang terpelosok ditengah hutan, jalan yang tak karuan. Namun harus kami lewati sebagai suatu pengalaman yang sangat berharga. Kami akan mencoba memaparkanya sedikir sesuai dengan laporan kami dulu (201).
A.    Aspek Geografi
       Dusun Krajan, Ds.Paringan, Kec.Jenangan di Kab Ponorogo merupakan desa yang asri dikelilingi oleh perkebunan hutan jati dan kelapa. Jarak desa dari ibu kota Kecamatan 6KM dan jarak desa ke ibu kota kabupaten 18 KM. Batas-batasnya Desa Ngrogung (Utara Kec.Ngebel), Hutan Sukun (Selatan
Peta Desa Paringan

Kec.Pulung), Desa Nglayang (Barat Kec.Jenangan), Desa Wates (Timur Kec.jenangan).
Peta dusun Krajan
B.     Aspek Demografi
Januari 2012[1]
No.
Perincian
LK
PR
Jumlah (LK + PR)

1.
Penduduk awal bulan ini
2972
3039
6011
2.
Kelahiran bulan ini
3
1
4
3.
Kematian bulan ini
3
2
5
4.
Pindah bulan ini
6
6
12
5.
Pendatang bulan ini
-
-
-

Jumlah
2966
3032
5998
1.      Tren Mobilitas 
     Aktivitas pekerjaan diluar sektor pertanian adalah bekerja ke luar desa atau ke luar negeri. Bekerja ke luar desa misalnya ke Lamongan atau ke suatu desa lain di Kabupaten Ponorogo sebagai guru maupun bekerja di industri ataupun pekerjaan yang lain.[2] Sedangkan ke luar negeri, umumnya di dominasi oleh para perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Negara tujuan TKW adalah Taiwan, Hongkong, Korea,  Arab Saudi dan Malaysia. Namun, untuk TKI/TKW yang berasal dari dusun ini mayoritas ke Taiwan dan yang ke dua ke Malaysia.[3]
      Hasil mereka bekerja di luar negeri umumnya digunakan untuk membangun rumah yang bergaya ke-kota-an atau memperbaiki rumah dan membeli perabotan rumah. Sepanjang pengamatan kami selama 6 hari di Dusun Krajan, kondisi rumah warga di sepanjang jalan utama desa atau jalan ke timur dan barat dari kantor balai desa tepatnya di RT. 03/RW.01, rumah warga nampak mewah dan bergaya kota sedangkan di RT yang lain nampak biasa saja seperti umumnya rumah orang desa.
C.    Aspek Ekonomi
a.      Pertanian
b.      Usaha Dagang dan Home Industri di Dusun Krajan
D.    Aspek Kebudayaan
a.                   a.   Pernikahan
b.      Tingkepan
E.     Aspek Pendidikan
        Mayoritas warga Krajan adalah lulusan SMP atau MTs. Setelah lulus mereka lebih cenderung untuk membantu orang tua atau mencari uang, tidak melanjutkan ke bangku SMA. Warga di atas usia 20 tahun umumnya mayoritas sebagai petani. Sedangkan para pemuda yang telah lulus SMP dan sebagian yang lain lulusan SMA, kebanyakan para pemuda pemudi Krajan ke luar desa atau ke luar negeri untuk mencari uang. Hal itu dilakukan baik sebagai keinginannya sendiri maupun ajakan teman.
F.     Aspek Kesehatan
            Dusun Krajan Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo terkenal akan kampung gila, maksud dari kampung gila disini adalah banyaknya penduduk Krajan yang mengalami penderita sakit jiwa. Dengan adanya kabar tersebut, para wartawan berdatangan ingin mencari suatu informasi yang mengekspos berita tentang fakta akan adanya orang gila yang berada di Desa Paringan dan khususnya di Dusun Krajan. Berita tersebut sudah menyebar ke berbagai media masa seperti televisi, internet, koran dan lain sebagainya. Adanya kabar tersebut mendapat perhatian lebih dari pemerintah Jawa Timur.  
       Di Dusun Krajan terdapat 16 orang yang menderita gangguan jiwa dari 14 KK. Satu KK yaitu dari keluarga Demes terdapat 3 orang  penderita dengan sebab sakit jiwa karena keturunan. Selain penderita gangguan jiwa, di Desa Paringan juga terdapat warga yang idiot yaitu berjumlah 6 orang. 6 orang itu hanya satu orang yang berasal dari Dusun Krajan, yaitu Tukimin (35 tahun), yang berada di RT.03/RW.02. Di samping ada penderita gangguan jiwa dan idiot, cukup banyak pula warga yang mengalami cacat tubuh. 
        Berdasarkan data yang kami dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan penyandang cacat yang berada di Dusun Krajan adalah 28 orang. Berbeda dengan dusun-dusun yang lain, yaitu Semambu; 24 orang, Krangkungan; 5 orang, dan Bagusan; 33 orang. Total jumlah penyandang cacat di Desa Paringan adalah 90 orang.

TEMUAN PROBLEM MASYARAKAT DUSUN KRAJAN
a.      Kesehatan
Ada dua faktor penyebab gangguan jiwa yang terjadi di Dusun Krajan, yaitu faktor genetika dan faktor depresi karena masalah yang dialami.
 Ã˜  Faktor Genetika
      Bagi masyarakat Dusun Krajan penduduk yang mempunyai gangguan jiwa merupakan hal yang tidak terlalu mengejutkan bagi mereka. Gangguan jiwa bagi penduduk Dusun Krajan adalah hal yang sudah biasa dan umum bagi warga Dusun Krajan. Terdapat beberapa penduduk yang berada di sekitar rumah warga yang mengalami gangguan jiwa disebabkan karena faktor genetika, yaitu berjumlah 12 orang penderita gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor keturunan. Jika dalam garis keturunan dalam satu keluarga terdapat satu anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa maka, secara garis besar anak turunnya akan mengalami gangguan jiwa pula. Misalnya, seorang ibu yang mengalami gangguan jiwa, anaknya tidak mengalami gangguan jiwa, tetapi ada cucunya yang menderita.[4] 
       12 orang penderita gangguan jiwa disebabkan faktor keturunan ini tersebar di Krajan RT.01 sampai RT. 04 di RW. 01 maupun RW. 02. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di tabel 1.6 di Bab II. 
Ø  Faktor masalah yang terjadi dalam pekerjaan.    
        Dalam proses FGD (focus group discussion) beberapa warga juga memberikan satu informasi jika warga yang mengalami gangguan jiwa disebabkan karena faktor masalah yang terjadi pada pekerjaannya. Contohnya, Sainah (35 tahun), warga Krajan RT.04/RW.01. Sepulangnya bekerja dari Malaysia, ia mengalami depresi yang amat sangat. Ia menuikah dengan seorang lelaki. Dari hasil pernikahannya ia dikaruniai dua orang anak. Keduanya putri. Tetapi kemudian suaminya meninggalkannya dan membawa serta kedua anaknya. Sainah pun menjadi depresi hingga gila. Sebagai penyaluran masalah yang membebaninya itu, ia ungkapan melalui dinding rumahnya sebelah barat. Di dinding tersebut ia ungkapkan segala keluhan hati dan pikirannya selama ini.  
          Di Dusun Krajan sendiri terdapat empat orang penderita gangguan jiwa disebabkan depresi. Keempat orang tersebut tersebar di RW. 01, yaitu di RT.03 terdapat dua orang, RT.04 satu orang dan yang di RW.02 terdapat satu orang penderita yaitu di RT.04. 
          Selain Sainah, penderita gangguan jiwa karena depresi adalah Salamah (30 tahun). Rumahnya tepat di depan rumah Pak Heru (Kamituwo Dusun Krajan) yang berada di RT.04/RW.01. salamah mengalami depresi sejak kembali bekerja dari Lamongan. Namun, berdasarkan penuturan Pak Sarno, tetangga Salamah. Wanita yang kesehariannya berada di rumah dan suka memberi makan kambingnya ini, depresi disebabkan ditinggal pacarnya. Singkat cerita, Salamah akan menikah dengan pacarnya tersebut. Namun, karena pacarnya telah mengetahui bahwa salamah kurang normal, akhirnya ia membatalkan pernikahannya tersebut.Kambing yang dimilki Salamah saat ini adalah kambing bantuan dari PT. Semen Gresik. Bantuan tersebut diberikan untuk membantu kondisi perekonomian warga yang menderita gangguan jiwa. 
A.    TKI (Tenaga Kerja Indonesia) 
         Mengingat Dusun Krajan ini lebih banyak yang menempat tinggali para kakek-kakek dan nenek-nenek yang lulusan SD. Bahkan banyak diantara mereka yang masih buta huruf. Karena para anak mereka kebanyakan merantau ke luar negeri untuk menjadi TKI/TKW. Tingkat buta huruf di dusun Krajan ini masih terbilang sangat tinggi pasalnya pada angka kelahiran di bawah tahun 2000 rata-rata buta huruf. Sedangkan pada tingkat kelahiran di atas tahun 2000 lulusan sampai dengan SMA. Namun, banyak sebagian dari mereka memilih untuk melanjutkan di Pondok pesantren.
        Terlepas dari itu semua (Pembangunan Infrastruktur), ada fakta menarik yang kami temukan tentang realita sosial di Krajan. Hampir seluruh kawula muda atau orang-orang menempuh pendidikan jenjang SMA, para kawula muda lebih suka untuk merantau ke kota besar atau menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW). Alhasil dalam keseharian kami, kami hampir tidak pernah melihat aktivitas dari kawula muda di kota pemasok TKI terbesar di Jawa Timur ini. 
        Dampak dari urbanisasi yang dilakukan oleh kawula muda setidaknya telah mempengaruhi stabilitas yang terjadi dalam realitas sosial, di usia yang masih produktif mereka telah meninggalkan tanah mereka yang sangat subur dan juga meninggalkan dusun mereka yang membutuhkan SDM dalam usia produktif, terlebih mayoritas warga di dusun ini berpendidikan rendah kebanyakan dari mereka lulusan MTS (SMP-Sederajat). Sehingga dari segala kegiatan otomatis hanya terlihat sebagian kawula muda saja yang terlihat aktif, hal itu bisa dilihat di acara besar seperti pada acara maulid Nabi Muhammad SAW yang di selenggarakan di dusun ini pada tanggal 12 Pebruari 2012. 
        Untuk lebih lengkapnya pemasalahan yang terdapat di dusun Krajan dapat di lihata di analisa pohon masalah di bawah ini:
      
Analisi Pohon Masalah
      Analisis dari pohon masalah di atas,  kampung gila di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Kini terkuak sebuah Desa yang dihuni puluhan orang yang mengalami gangguan jiwa. Mereka menyebutnya “kampung gila” terletak di desa Paringan kecamatan Jenangan yang merupakan daerah lereng kaki gunung Wilis yang rata-rata dihuni warga yang hidup dibawah garis kemiskinan.  
       Desa Paringan (di dalamnya juga termasuk Dusun Krajan) dinamakan kampung gila karena banyaknya jumlah penduduk dari kampung tersebut yang menjadi penyandang gangguan jiwa. Bahkan untuk Dusun Krajan sendiri penduduknya yang menjadi penyandang gangguan jiwa ini mencapai 1% dari jumlah penduduk di Dusun tersebut, yaitu 1.379 jiwa.Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan banyaknya para penyandang gangguan jiwa ini di Dusun ini. Ada di antara mereka yang menyandang gangguan jiwa dikarenakan faktor keturunan. Dan adapula yang dikarenakan faktor ekonomi yang lemah. Dan pernikahan sedarah. 
c.       Tekanan beban hidup    
Warga Dusun Krajan mengalami gangguan jiwa/ idiot dikarenakan adanya pandangan bahwa kebahagiaan adalah ketika mampu membangun rumah, membeli perabotan tertentu dan keinginan-keinginan yang lain. Di samping itu, kondisi tetangga yang lebih mampu membuat mereka merasa tertekan kenapa tidak mampu seperti tetangganya. Akibat pandngan seperti ini, membuat warga bekerja keras untuk mendapatkan uang. Memang hal ini tidak terjadi pada semua warga yang membandingkan kondisi ekonominya dengan orang lain. Bagi mereka yang berpandangan seperti ini, membuat mereka bekerja keluar negeri untuk mengumpulkan uang yang lebih banyak dari sebelumnya ketika mereka hanya bekerja di dalam desa. Fakta yang terjadi adalah ketika mereka pulang dari bekerja dari luar negeri ataupun luar Ponorogo, sekembalinya ke Krajan mereka menjadi gila atau depresi.  
d.      Faktor keturunan 
        Akibat adanya pernikahan sedarah di antara warga Krajan itu sendiri. Di mana pasangannya menderita gangguan jiwa. Sehingga kemudian berdampak pada anak keturunannya. Hal ini dapat dilihat pula bahwa kondisi ekonomi  ternyata mampu berpengaruh dalah kasus ini. Mereka yang miskin bertemu dengan yang miskin, akibatnya kekurangan gizi sehingga kebutuhan untuk kesehatannya kurang terpenuhi. Umumnya warga juga memandang bila seseorang kaya mana mungkin dijodohkan dengan orang yang miskin. Secara status sosial mereka akan gengsi. Sehingga pilihan jodoh atau pasangan merekalihat juga dari sisi ekonomi maupun normal tidaknya orang tersebut. 
e.       Kurangnya akses pendidikan masyarakat miskin 
     Penyebab yang ini disebabkan tingkat ekonomi warga yang rendah. Masyarakat tidak mampu mengakses pendidikan karena ia tidak memilki cukup uang untuk bersekolah, apalagi saat ini biaya pendidikan membumbung tinggi. Apabila masyrakat memiliki suatu keterampilan untuk bekal kehidupannya dimasa mendatang maka akan lebih baik bagi mereka. Sehingga mereka tidak hanya mengandalkan pendapatannya dari sektor pertanian saja. 
      Setelah Desa Paringan ini terkenal dengan sebutan kampung gila, maka berbondong-bondong mengalir bantuan dari pihak luar. Seperti untuk Dusun Krajan, adanya sumbangan dari Perusahaan Semen Gresik berupa mie instan, biskuit dan sembako. Selain itu, ada yang menyumbang berupa kambing. Sumbangan tersebut diberikan kepada warga yang menyandang gangguan jiwa.
PEMECAHAN PROBLEM MASYARAKAT DUSUN KRAJAN
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengeani permasalahan yang etrjadi di dusun Krajan. Selanjutnya adalah mengeani pemecahan permasalahan yang ditemukan di sana. Pemecahan ini datang dari pemerintah maupun dari perusahaan-perusahaan tertentu. 
1.      Upaya Penanganan dari Dinas Kesehatan 
           Penyerahan Balai Pengobatan Kejiwaan di Desa Paringan Jenangan ini  sekaligus dihibahkan kepada Pemkab Ponorogo untuk dikelola dan menjadi aset Pemkab. Dalam waktu dekat, sesuai rencana juga akan dibuatkan ruang inap untuk pasien yang terletak di sebelah belakang gedung balai pengobatan. Adapun awal dari pembangunan puskesmas ini yaitu, sebelum di bangunnya puskesmas ada pengobatan keliling di dusun Krajan, setelah diadakan pengobatan keliling beberapa kali, ternyata hasil dari pemeriksaan ditemukan banyaknya penduduk yang menderita gangguan jiwa. Dengan begitu perangkat desa mempunyai inisiatif untuk membangun pustu jiwa. Pustu jiwa dibangun oleh perusahaan semen Gresik dan pemerintah Provinsi Jawa Timur yang bertempaPustu Paringan jiwa ini bersifat umum, maksudnya yaitu dibuka untuk pengobatan secara umum baik pengunjungnya dari daerah atau kota sendiri maupun dari luar kota, baik penyakit gangguan jiwa maupun penyakit yang lain.  Didalamnya terdiri dari tiga perawat yaitu Sulin, A Md kep, Nanik dan Narso. Sulin sebagai perawat sekaligus sebagai penanggung jawab di pustu jiwa. Untuk pengunjung di pustu jiwa ini tidak dipungut biaya sama sekali dalam pengobatannya. Pengunjung hanya dipungut biaya parkir sebesar Rp. 1000 jika pengunjung membawa kendaraan seperti sepeda motor dan mobil sebesar Rp. 2000.
Dinas kesehatan didesa Paringan
        Perkembangan dari masyarakat yang terkena penyakit jiwa sangat pesat sekali. Pada bulan September 2011 yang berkunjung ke puskesmas terdapat 10 orang gangguan jiwa, sedangkan untuk orang yang berobat penyakit umum terdiri dari 85 orang. Bulan Oktober 2011 meningkat untuk gangguan jiwa terdiri dari 59 pengunjung gangguan jiwa, sedangkan penyakit secara umum meningkat menjadi 336 orang. Pada bulan November 2011 juga meningkat, untuk pengunjung gangguan jiwa 99 orang, sedangkan yang terkena penyakit umum menjadi 395 orang. Dan untuk bulan Desember 2011 perkembangannya lebih pesat sekali karena diadakan baksos di pustu jiwa ini, pengunjungnya tidak hanya dari kota ponorogo sendiri, banyak juga pengunjung dari luar kota. Pengunjungnya mencapai 327 orang untuk gangguan jiwa, sedangkan penyakit umum mencapai 708 orang.[5] 
      Di Dusun Krajan terdapat 16 orang yang terkena gangguan jiwa. Selain penyakit jiwa juga terdapat warga yang terkena penyakit ringan seperti, flu, batuk, pegal-pegal dan sakit kepala. Semakin berkembangnya pengunjung puskesmas, maka pengurus dari puskesmas mengajukan proposal kepada pemerintah untuk membangun sebuah rumah inap orang sakit. Usahanya pun tidak sia-sia karena rencananya bulan Maret 2012 akan dibangun rumah inap di belakang puskesmas, dan untuk desain bangunan sudah dibuat oleh Sulin.    
      Jenis obat-obatan untuk penyandang gangguan jiwa. Para penyandang gangguan jiwa menadapatkan terapi oleh perawat Balai Pengobatan desa paringan, yaitu dengan diberi obat-obatanm terentu untuk mengurangu sakit para penderita. Misalnya penderita gangguan jiwa yang terlalu agresif maka di injeksi dengan Govotil Haloperidol. Sedangkan untuk mengobati penderita yang sering berhalusinasi di obati dengan injeksi Haloperidol Decanoate. Penggunaan obat ini dalam jangka 1 bulan untuk mengobati orang yang suka berhalusinasi
 2.      Bantuan dari Perusahaana.    Bantuan dari PT. Semen Gresik 
a.  Bantuan sembako
        Setelah ada pemberitaan besar-besaran di media massa bahwa terdapat orang gila di Desa Paringan yang jumlahnya dilebihkan dan tidak sesuai fakta yang sebenarnya di Desa Paringan, bantuan dari perusahaan-perusahaan kemudian berdatangan. Salah satunya adalah bantuan dari PT. Semen Gresik pada rentang bulan Mei sampai Oktober 2011. Waktu pemberian bantuan terdiri dari dua gelombang, yaitu gelombang pertama pada bulan Mei-Juli. Sedangkan gelombang kedua pada bulan September-Oktober. Bantuan ini dikhususkan untuk membantu warga penderita gangguan jiwa dan diberikan pula kepada warga miskin di Desa Paringan. Bantuan tersebut berupa sembako yang terdiri dari roti dan beras serta garam beryodium.
Bantuan menyebar ke seluruh dusun-dusun di Desa Paringan, antara lain sembako untuk Krajan diberikan kepada 77 orang baik itu penyandang gangguan jiwa maupun orang miskin. Sama pula halnya di Krangkungan bantuan diberikan kepada 39 orang, di Semambu berjumlah 69 orang, dan di Bagusan berjumlah 101 orang.[6] 
b. Pemugaran rumah
      Selain memberikan sembako, pihak PT. Semen Gresik juga memberikan bantuan berupa pembangunan rumah tidak layak huni (pemugaran rumah). Setiap rumah mendapatkan dana pemugaran rumah sebesar Rp 10 juta. Rumah penderita yang menadapatkan bantuan pemugaran rumah nampak khas di banding rumah-rumah warga yang lain, yaitu terdapat simbol PT. Semen Gresik di dinding depan rumah bagian atas dan warna dinding bagian luar berwarna biru muda. Adapun jumlah rumah penderita yang mendapatkan dana bantuan pemugaran rumah berjumlah 30 rumah. Setiap rumah dibantu sebesar Rp 10 juta. Jadi, junlah total bantuan adalah Rp 300 juta. Dengan rincian sebagai berikut; Dusun Krajan 7 rumah, Krangkungan 8 rumah, Semambu 8 rumah, dan Krangkungan 7 rumah.
    Bantuan dana pemugaran rumah untuk warga Krajan adalah Rp 70 juta untuk 7 rumah atau 7 orang penderita, Krangkungan mendapat Rp 70 juta untuk 7 rumah atau 7 orang penderita, Semambu mendapat Rp 80 juta untuk 8 rumah atau 8 orang penderita, dan Bagusan mendapat Rp 80 juta untuk 8 rumah atau 8 orang penderita. Semambu dan Bagusan mendapat lebih banyak dikarenakan di kedua dusun ini jumlah warganya lebih banyak.[7]  
Alur pemberian dana  bantuan untuk pemugaran rumah PT. Semen Gresik    -->    pemerintah desa    -->     pembentukan panitia     -->    pemugaran rumah (panitia berasal dari aparatur desa)     -->    pembangunan rumah. 
b.   Bantuan dari PT. Jamkrindo (Penjaminan Kredit Indonesia) 
        Di samping bantuan dari PT. Semen Gresik, Desa Paringan juga mendapat bantuan dari PT. Jamkrindo. Bantuan tersebut antara lain berupa sembako dan bantuan berupa kambing. Sembako terdiri dari mie instan, gula, roti, kecap dan minyak goreng. Sembako diberikan kepada seluruh warga Desa paringan yang emnderita gangguan jiwa. Total ada 63 penderita gangguan jiwa. Sembako diberikan kepada 16 penderita di Krajan, 13 penderita di Krangkungan, 10 penderita di Semambu, dan 24 penderita di Bagusan. Untuk nama-nama penderita di dusun Krajan terdapat di tabel 1.6 Pada Bab II. Sedangkan bantuan berupa kambing yang diberikan berjumlah 18 ekor, dengan pembagian Dusun Krajan 4 ekor kambing, Krangkungan 4 ekor kambing, Semambu 5 ekor, dan Bagusan 5 ekor kambing.[8]

PENUTUP 
A.    Kesimpulan 
         Desa Paringan (di dalamnya juga termasuk Dusun Krajan) dinamakan kampung gila karena banyaknya jumlah penduduk dari kampung tersebut yang menjadi penyandang gangguan jiwa. Bahkan untuk Dusun Krajan sendiri penduduknya yang menjadi penyandang gangguan jiwa ini mencapai 1% dari jumlah penduduk di Dusun tersebut.
Teman-teman Praktikum Pemetaan
        Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan banyaknya para penyandang gangguan jiwa ini di Dusun ini. Ada di antara mereka yang menyandang gangguan jiwa dikarenakan faktor keturunan. Dan adapula yang dikarenakan faktor ekonomi yang lemah dan pernikahan sedarah. Dalam penanganan penderita gangguan jiwa di Dusun Krajan hanya sebatas penanganan dari  segi ekonomi. Dan bantuan seperti inilah yang menyebabkan warga menjadi tergantung terhadap bantuan dan menganggap bahwa orang yang datang pasti akan membantu atau memberi uang. Penanganan seperti ini kurang cocok untuk mengatasi permasalahan di Dusun Krajan, karena tidak menyentuh akar masalah yang sebenarnya dan tidak mampu untuk memberdayakan potensi masyarakat setempat.



[1]  Data Desa Paringan pada Bulan Januari 2012
[2] Wawancara denga Pak Sarno (67 tahun) tanggal 11 Pebruari 2012
[3]  Wawancara dengan Pak parno tanggal 10 pebruari 2012 dan Pak Sarno tanggal 12 Pebruari 2012
[4] Wawancara dengan Pak Sulin, perawat Balai Pengobatan Desa Paringan
[5]  Data Pustu Paringan Tahun 2011
[6] Data desa yang dipegang oleh Pak Tajib (Sekdes Paringan). Wawancara tanggal 12 Pebruari 2012 pukul 16.00-17.30
[7] Hasil wawancara dengan Pak Tajib (Sekretaris Desa Paringan) tanggal 12 Pebruari pukul 16.00-17.30. Pada    awalnya ia terlihat enggan untuk memberikan informasi. Tapi, Alhamdulillah pewawancara dari kelompok Krajan berhasil mendapatkan data tersebut serta data-data yang lain.
[8] Hasil wawancara dengan Pak Tajib (Sekdes Paringan) tanggal 12 Pebruari 2012 pukul 16.00-15.30.

Tidak ada komentar: