1.1 Penerapan Metode RRA dan PRA
Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan
(PRA) adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara
bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan
dan kebijakan secara nyata. Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan
diakui kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai
sebagai landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam
paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam
proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton
tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan,
pengawasan dan menikmati hasil pembangunan. Metode dan pendekatan yang
tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigma itu adalah metode dan pendekatan
yang partisipatif.
Metode
PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an yang merupakan bentuk
pengembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan (PCKP) atau Rapid
Rural Appraisal (RPA) yang menyebar pada tahun 1980-an. Kedua metode
tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya dan bisa saling melengkapi. Namun dalam perkembangannya,
metode PRA banyak digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara
partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.
Secara umum terdapat beberapa perbedaan antara
RRA dan PRA (Chambers, 1996), yaitu :
No
|
KRITERIA
|
RRA
|
PRA
|
1
|
Kurun waktu perkembangan
|
Akhir 1970-an
|
Akhir 1980-an
|
2
|
Pihak yang mengembangkan
|
Perguruan Tinggi
|
Organisasi non-pemerintah
|
3
|
Pengguna utama
|
Lembaga Donor, Perguruan Tinggi
|
Organisasi non-pemerintah,
organisasi lapang pemerintah
|
4
|
Potensi sumber informasi
|
Pengetahuan masyarakat
|
Kemampuan masyarakat setempat
|
5
|
Titik berat pengembangan
|
Metodologi
|
Perilaku
|
6
|
Titik berat pengguna
|
Elicitif, penggalian
|
Fasilitasi, partisipatif
|
7
|
Tujuan utama
|
Belajar melalui orang luar
|
Pemberdayaan masyarakat setempat
|
8
|
Hasil jangka panjang
|
Perencanaan, proyek, publikasi
|
Kelembagaan dan tindakan
masyarakat yang berkelanjutan
|
1.2 Tujuan penerapan metode PRA
Pada
intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat
desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka
tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata
(Chambers, 1996). Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode
PRA anatar lain adalah : saliang belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan
semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep
triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan
program (Rochdyanto, 2000). Metode tersebut dipandang telah memiliki
teknis-teknis yang dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa
keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam seluruh kegiatan.
Pendekatan PRA memang bercita-cita menjadikan masyarakatmenjadi peneliti,
perencana, dan pelaksana pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan.
Tekanan aspek penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh, namun pada
nilai praktis untuk pengembangan program itu sendiri. Penerapan
pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih
terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui pendekatan PRA
akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan kebutuhan
masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat
terjamin.
1.3 Struktur program
Karena
tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat,
penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program.
Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan
masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi
tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
2. Perumusan
masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah
dan potensi setempat.
3. Identifikasi
alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas
berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
4. Pemilihan
alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat
dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
5. Perencanaan
penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6. Penyajian
rencana kegiatan guna menddapatkan masukan untuk penyempurnaannya di
tingkat yang lebih besar.
7. Pelaksanaan
dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan masyarakat.
8. Pemantauan
dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang
telah disusun.
9. Evaluasi
dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan,
masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.
1.4 Permasalahan PRA
Meningkatnya
secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan menyebabkan sedemikian
terburu-burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman yang cukup mendasar akan
prinsip dasar yang ada yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu tinggi
akan keampuhan PRA. Oleh karenanya beberapa massalah yang timbul akibat
merebaknya penggunaan metode PRA adalah :
1. Permintaan
melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang formal
tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang
mendasarinya.
2. Kehilangan
tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan
tanpa tujuan yang jelas.
3. Kembali
menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi
masyarakat.
4. Menjadi
penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas
untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
5. Mengatasnamakan
PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program
pengembangan masyarakat.
6. Terpatok
waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis,
administratif).
7. Kerutinan
yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam
pekerjaan yang rutin dan membosankan.
1.5 Teknik PRA
Dalam
perkembangannya telah banyak dikembangkan beberapa teknik PRA yang pada intinya
merupakan bentuk implementasi dari metode PRA. Sudah barang tentu
teknik-teknik yang dikembangkan tersebut disesuaikan dengan maksud dan tujuan
penerapan metode PRA sendiri, serta semestinya tidak menutup kemungkinan atau
bahkan dapat disebutkan mengharuskan adanya improvisasi dan modifikasi terhadap
metode PRA itu sendiri.
Beberapa
teknik penerapan PRA anatar lain : (a) Penelusuran Alur Sejarah, (b) Penelusuran
Kebutuhan Pembangunan, (c) Analisa Mata Pencaharian, (d) Penyusunan Rencana
Kegiatan, (e) Focus Group Discussion, (f) Pemetaan, dll. Secara lengkap,
teknik PRA.
Rangkuman
PRA,
sebagai metode yang banyak dipercaya oleh beberapa kalangan cukup tepat digunakan
dalam usaha pemberdayaan masyarakat, adalah bukan suatu metodedan teknik yang
benar-benar sudah fiks. Seandainya sebuah buku, dalam metode PRA masih
banyak terdapat halaman-halaman kosong, dimana pembaca mempunyai dan bahkan
diberi kesempatan untuk mengisi halaman kososng tersebut. Hal tersebut
memungkinkan pengembangan yang tidak terbatas terhadap metode ini, dan itu
bukan menjadi masalah selama prinsip dasar metode ini masih menjadi
pertimbangan utama dalam pengembangan teknik-teknik PRA. Pertimbangan
tersebut perlu ditekankan agar kita tidak terjebak lagi dalam pola lama yang
menjadikan suatu metode merupakan panduan atau petunjuk pelaksanaan teknis
(JUKLAKNIS) yang baku, yang tidak mungkin ada perubahan, yang kalau tidak
menggunakan dan mengikuti panduan tersebut artinya salah, dll, yang antara lain
seperti telah diuraikan dalam permasalahan yang mungkin muncul dalam penerapan
PRA.
2. PRINSIP-PRINSIP PRA
Tujuan
kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program yang gayut
dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan pendidikannya
adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan
mereka sendiri dan melakukan perencanaan melalui kegiatan aksi.
Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA
ialah :
2.1. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi
pengalaman dengan masyarakat
Prinsip
dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti
bahwa PRA dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi
pengetahuian tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya
sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran
konvensional yang bersifat mengajari masyarakat. Kenyataan membuktikan
bahwa dalam perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat
tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu pengetahuan modern
yang diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan masalah. Oleh
karenanya diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu
program yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang
telah selesai, sempurna, dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini
selalu harus dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Kesalahan yang dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses
pengembangan PRA. Bukannya kesempurnaanpenerapan yang ingin dicapai,
namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan mempelajari
kekurangan yang terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA
bukan kegiatan coba-coba (trial and error) yang tanpa perhitungan kritis
untuk meminimalkan kesalahan.
2.2. Keterlibatan semua anggota kelompok,
menghargai perbedaan, dan informal
Masyarakat
bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang
mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan
semua golongan masyarakat adalah sangat penting. Golongan yang paling
diperhatikan justru yang paling sedikit memiliki aksesdalam kehidupan sosial
komunitasnya (miskin, perempuan, anak-anak, dll). Masyarakat heterogen
memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh karenanya
semangat untuk saling menghargai perbedaan tersebut adalah penting
artinya. Yang terpenting adalah pengorganisasian massalah dan penyusunan
prioritasmasalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai
pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka,
tidak memaksa, dan informal. Situasi santai tersebut akan mendorong
tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai
anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut secara protokoler.
Dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan
dengan baik.
2.3. Orang luar sebagai fasilitator dan
masyarakat sebagai pelaku
Konsekuensi
dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai
pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk
belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama.
Bahkan dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan.
Secara ideal sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya
dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.
2.4. Konsep triangulasi
Untuk
bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan
konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check
and recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman
keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan
masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
a.
Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat
bisa diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai
dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan
dalam pengembangan program.
b.
Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran
data dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya
dengan menggunakan teknik lain.
c.
Tim PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari
anggota tim akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadappenggalian
informasi dan memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi.
2.5. Optimalisasi hasil
Pelaksanaan
PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi
masyarakat yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi
hasil dengan pilihan yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan.
Oleh karenanya kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan
sampai kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.
2.6. Berorientasi praktis
Orientasi
PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian
dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat
akan lebih baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik
mencapai perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar.
2.7. Keberlanjutan program
Masalah
dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang
sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut.
Bagaimanapun juga program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip
dasar PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.
2.8. Mengutamakan yang terabaikan
Prinsip
ini dimaksudkan agarmasyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan
untuk berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan.
Keperpihakan pada pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan bukan berarti
bahwa golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran
untuk diabaikan atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada
upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan dan
lapisan yang ada di masyarakat, dengan mengutamakan golongan paling miskin agar
kehidupannya dapat meningkat.
2.9. Pemberdayaan (Penguatan) masyarakat
Kemampuan
masyarakat diitingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan
keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang
dilakukan. Dengan demikian masyarakat memiliki akses 9peluang dan
kesempatan) serta memiliki kemampuan memberikan keputusan dan memilih berbagai
keadaan yang terjadi. Dengan demikian mereka dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bantuan 'orang luar'.
2.10. Santai dan informal
Penyelenggaraan
kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara orang
luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan
berproses masuk sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian kedatangan
orang luar tidak perlu disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat dan
tokohnya maupun oleh pemerintah setempat. Orang luar yang masuk harus
memperhatikan jadwal atau waktu kegiatan masyarakat, sehingga penerapan PRA
tidak mengganggu kegiatan rutin masyarakat.
2.11. Keterbukaan
PRA
sebagai metode dan perangkat teknik pendekatan kepada masyarakat masih belum
sempurna, dan belum selesai. Berbagai teknik penerapannya di dalam
praktik masih terus dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
masyarakat setempat. Oleh karena itu berbagai pengalaman penerapan
tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperbaiki
konsep dan pemikiran serta dalam merancang teknik-teknik baru sehingga sangat
berguna dalam memperkaya metode ini.
Struktur program
Karena
tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat,
penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program.
Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan
masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi
tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
2. Perumusan
masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah
dan potensi setempat.
3. Identifikasi
alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas
berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
4. Pemilihan
alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat
dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
5. Perencanaan
penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6. Penyajian
rencana kegiatan guna menddapatkan masukan untuk penyempurnaannya di
tingkat yang lebih besar.
7. Pelaksanaan
dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan masyarakat.
8. Pemantauan
dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang
telah disusun.
9. Evaluasi
dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan,
masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.
Permasalahan PRA
Meningkatnya
secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan menyebabkan sedemikian
terburu-burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman yang cukup mendasar akan
prinsip dasar yang ada yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu tinggi
akan keampuhan PRA. Oleh karenanya beberapa massalah yang timbul akibat
merebaknya penggunaan metode PRA adalah :
1. Permintaan
melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang formal
tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya.
2. Kehilangan
tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan
tanpa tujuan yang jelas.
3. Kembali
menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi
masyarakat.
4. Menjadi
penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas
untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
5. Mengatasnamakan
PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program
pengembangan masyarakat.
6. Terpatok
waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis,
administratif).
7. Kerutinan
yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam
pekerjaan yang rutin dan membosankan.
TEKNIK-TEKNIK PRA
Fasilitator
masyarakat akan berhadapan langsung dengan masyarakat yang bersifat
heterogen. Apabila kita mengharapkan hasil optimal dalam upaya memahami
kondisi masyarakat pedesaan yang akan kita fasilitasi dalam penyusunan rencana
program pengembangannya, fasilitator harus mampu melibatkan diri secara benar
dalam masyarakat agar informasi yang kita butuhkan dapat kita temukan secara
mudah, bersifat komprehensif dan representatif. Demikian halnya
masyarakat yang kita dampingi agar tidak merasa jenuh, maka diperlukan
penerapan berbagai variasi teknik PRA.
Dalam
bab ini akan dipaparkan teknik-teknik PRA yang berkembang pesat di masyarakat,
yakni teknik penelusuran sejarah desa, pembuatan bagan kecenderungan dan
perubahan; pembuatan kalender musim; pembuatan peta desa; penelusuran lokasi
/desa (transect); pembuatn gambar kebun; pengkajian lembaga-lembaga
desa; pengkajian mata pencaharian penduduk desa; wawancara keluarga
petani (wawancara semiterstruktur); pembuatan bagan alur; dan pembuatan
bagan urutan (matriks ranking).
Tujuan instruksional khusus:
Setelah mempelajari pokok bahasan ini
diharapkan mahasiswa dapat:
(1) Mahasiswa dapat
menjelaskan 6 (enam) dari 11 (sebelas) teknik PRA.
(2) Mahasiswa dapat
menganalisis manfaat teknik-teknik PRA untuk pengembangan masyarakat
Teknik-teknik
PRA adalah alat-alat untuk melakukan kajian keadaan desa. Teknik-teknik
ini berupa alat visual (gambar atau bentuk yang dapat dilihat) yang
dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan diri mereka
sendiri dan lingkungannya. Alat-alat visual ini merupakan media belajar
bersama yang dipergunakan baik untuk masyarakat (petani) yang buta aksara
ataupun melek aksara. Kajian desa dapat dilakukan sebagai penjajagan
kebutuhan dan perencanaan kegiatan, atau dapat juga untuk pemantauan dan
evaluasi kegiatan. Teknik-teknik kajian desa atau teknik-teknik PRA
selama ini lebih banyak dipergunakan untuk perencanaan kegiatan /
program. Hal ini terjadi karena keterampilan untuk melakukan modifikasi
(penyesuaian) teknik-teknik PRA bagi kebutuhan lain, belum banyak dimiliki para
pemandu.
1. Teknik Penelusuran Alur Sejarah Desa
Setiap
kelompok masyarakat senantiasa memiliki sejarahnya sendiri yang menjadikannya
berbeda dari kelompok-kelompok masyarakat yang lain. Sejarah tersebut
menjadi bagian dari kebanggaan suatu masyarakat. Sejarah itu bukanlah
sejarah tertulis, tetapi sejarah "lisan" yang hidup di kalangan
masyarakat, dalam ingatan warga yang mengalaminya dan diteruskan dari generasi
ke generasi melalui cerita-cerita.
Pengertian
Teknik
penelusuran alur sejarah desa adalah teknik PRA yang dipergunakan untuk
mengungkap kembali sejarah masyarakat di suatu lokasi tertentu berdasarkan
penuturan masyarakat sendiri. Peristiwa-peristiwa dalam sejarah desa
tersebut disusun secara beruntun menurut waktu kejadiannya (secara kronologis),
dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang masih dapat
diingat, sampai dengan peristiwa-peristiwa saat ini.
Jenis-jenis informasi yang seringkali muncul
adalah:
1. Sejarah terbentuknya pemukiman penduduk desa, asal-usul penduduk yang merintis pemukiman tersebut, perkembangan jumlah penduduk, serta berbagai peristiwa yang berkenaan dengan hal itu.
2. Keberadaan dan pengelolaan sumberdaya alam, seperti lahan sawah, pekarangan, tegalan, ladang penggembalaan, sumber air irigasi, dan sebagainya.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam status kepemilikan, penguasaan, dan pemanfaatan tanah/lahan.
4. Pengenalan dan penanaman jenis-jenis tanaman baru, dan penerapan teknologi baru lainnya.
5. Terjadinya wabah penyakit yang pernah melanda penduduk desa, kapan terjadinya, jenis wabah penyakitnya, berapa orang yang terkena dan menjadi korban, dan sebagainya.
6. Tanggapan masyarakat atas berbagai masukan dan kegiatan pembinaan yang telah diterima masyarakat, serta masalah-masalah yang dihadapi dan berbagai alternatif pemecahannya, pengalaman masyarakat dalam mengatasi permasalahan tersebut, tingkat keberhasilan dalam mengatasi permasalahan tersebut, kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatasi permasalahan tersebut, dan sebagainya.
7. Pembangunan sarana dan prasarana umum, seperti jalan, saluran irigasi, sekolah, peuskesmas, tempat-tempat ibadah, lapangan olah raga, dan sebagainya. Kapan pembangunan dilakukan, dan siapa yang memprakarsai pembangunan sarana-prasarana tersebut.
8. Sejarah dan struktur organisasi pemerintahan desa, person-person yang menduduki jabatan dalam organisasi desa, tahun berapa, efektivitas perkembangan sistem organisasi desa tersebut, dan sebagainya.
9. Topik-topik lainnya yang sesuai dengan kebutuhan program atau tujuan pelaksanaan PRA yang direncanakan.
1. Sejarah terbentuknya pemukiman penduduk desa, asal-usul penduduk yang merintis pemukiman tersebut, perkembangan jumlah penduduk, serta berbagai peristiwa yang berkenaan dengan hal itu.
2. Keberadaan dan pengelolaan sumberdaya alam, seperti lahan sawah, pekarangan, tegalan, ladang penggembalaan, sumber air irigasi, dan sebagainya.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam status kepemilikan, penguasaan, dan pemanfaatan tanah/lahan.
4. Pengenalan dan penanaman jenis-jenis tanaman baru, dan penerapan teknologi baru lainnya.
5. Terjadinya wabah penyakit yang pernah melanda penduduk desa, kapan terjadinya, jenis wabah penyakitnya, berapa orang yang terkena dan menjadi korban, dan sebagainya.
6. Tanggapan masyarakat atas berbagai masukan dan kegiatan pembinaan yang telah diterima masyarakat, serta masalah-masalah yang dihadapi dan berbagai alternatif pemecahannya, pengalaman masyarakat dalam mengatasi permasalahan tersebut, tingkat keberhasilan dalam mengatasi permasalahan tersebut, kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatasi permasalahan tersebut, dan sebagainya.
7. Pembangunan sarana dan prasarana umum, seperti jalan, saluran irigasi, sekolah, peuskesmas, tempat-tempat ibadah, lapangan olah raga, dan sebagainya. Kapan pembangunan dilakukan, dan siapa yang memprakarsai pembangunan sarana-prasarana tersebut.
8. Sejarah dan struktur organisasi pemerintahan desa, person-person yang menduduki jabatan dalam organisasi desa, tahun berapa, efektivitas perkembangan sistem organisasi desa tersebut, dan sebagainya.
9. Topik-topik lainnya yang sesuai dengan kebutuhan program atau tujuan pelaksanaan PRA yang direncanakan.
Kajian sejarah desa bertujuan untuk:
o Memfasilitasi masyarakat agar
dapat mengungkapkan pemahamannya tentang keadaan mereka di masa kini dengan
mengkaji latar belakang atau peristiwa-peristiwa di desa tersebut pada masa
lalu.
o Memfasilitasi masyarakat untuk
mengkaji latar belakang perubahan-perubahan masyarakatnya dan masalah-masalah
yang terjadi karena perubahan, serta bagaimana cara mereka mengatasi
permasalahan yang dihadapinya.
o Memfasilitasi masyarakat untuk
mengkaji hubungan sebab akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan
mereka.
Manfaat kajian sejarah desa
Beberapa manfaat kajian sejarah desa, antara
lain:
a). Bagi 'orang dalam' (masyarakat): diskusi yang terjadi memiliki potensi untuk memperkuat kesadaran masyarakat akan keberadaannya dirinya, karena diskusi tersebut mengajak masyarakat untuk menceriterakan kembali sejarah dan perkembangan masyarakatnya.
b). Bagi 'orang luar': diskusi tersebut akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang masyarakat desa tersebut, baik sejarahnya maupun cara pandang masyarakat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan pemahaman sejarah, program yang dikembangkan diharapkan akan mepertimbangkan keadaan yang telah berakar di masa lampau.
c). Hasil diskusi teknik ini adalah gambaran umum keadaan desa sehingga dapat dimunculkan topik-topik informasi yang masih perlu dikaji lebih lanjut dengan teknik-teknik lainnya.
a). Bagi 'orang dalam' (masyarakat): diskusi yang terjadi memiliki potensi untuk memperkuat kesadaran masyarakat akan keberadaannya dirinya, karena diskusi tersebut mengajak masyarakat untuk menceriterakan kembali sejarah dan perkembangan masyarakatnya.
b). Bagi 'orang luar': diskusi tersebut akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang masyarakat desa tersebut, baik sejarahnya maupun cara pandang masyarakat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan pemahaman sejarah, program yang dikembangkan diharapkan akan mepertimbangkan keadaan yang telah berakar di masa lampau.
c). Hasil diskusi teknik ini adalah gambaran umum keadaan desa sehingga dapat dimunculkan topik-topik informasi yang masih perlu dikaji lebih lanjut dengan teknik-teknik lainnya.
Langkah-langkah penerapan teknik penelusuran
sejarah desa
Penerapan teknik penelusuran alur sejarah desa,
dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
(1) Jelaskan maksud dan proses pelaksanaan
kegiatan. Mulailah diskusi dengan topik yang ringan seperti asal-usul nama desa
dan arti atau makna nama desa, serta asal-usul warga masyarakat desa tersebut,
misalnya suku dan pembauran antar suku yang terjadi.
(2) Ajaklah masyarakat untuk secara umum
mendiskusikan kejadian-kejadian penting dalam perkembangan desa dan berbagai
perubahan penting yang terjadi.
(3) Setelah cukup tergambarkan, mintalah
peserta untuk menuliskannya di atas kertas lebar yang ditempelkan di dinding
sesuai dengan keterangan yang diungkapkan warga peserta diskusi.
(4) Tetapkanlah titik waktu pertama sejarah
desa yang akan dicantumkan, namun urutan waktunya tidak mutlak benar pada
proses diskusi tersebut sebab seringkali hal-hal yang diingat tersebut waktunya
melomcat-loncat.
(5) Lakukan diskusi sejarah desa lebih
lanjut: (a) mengapa atau apa sebab-sebab kejadian dianggap penting;
(b) apa saja sebab dan akibat dari kejadian-kejadian yang dicacat; (c)
apakah terdapat hubungan sebab akibat diantara kejadian-kejadian tersebut.
(6) Catatlah seluruh masalah, potensi, dan
informasi yang muncul dalam diskusi dengan cermat, sebab hasil diskusi ini akan
menjadi bahan bagi kegiatan penerapan teknik PRA yang lain.
(7) Cantumkan nama-nama peserta diskusi (bila
terlalu banyak dapat disebutkan beberapa nama tokoh yang hadir, jumlah peserta
laki-laki dan perempuan). Cantumkan pula nama pemamndu diskusi, tempat
dilalakukannya diskusi, dan waktu (tanggal) diskusi.
Ada
beberapa hal yang seringkali luput dari perhatian dari semua peserta diskusi
maupun fasilitator . Pertama, kadangkala terjadi pengungkapan informasi
yang bersifat pemujaan berlebihan terhadap peristiwa-peristiwa di masa lampau
atau terhadap tokoh-tokoh pelaku sejarah desa. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya bias informasi. Informasi seperti itu sebaiknya perlu dicek
kembali. Kedua, seringkali masyarakat tidak mengetahui secara tepat
waktu terjadinya peristiwa-peristiwa masa lampau. Untuk itu, cukup
diperkirakan waktu kejadian tersebut, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan tidak langsung: "berapa umur Saudara ketika kejadian itu
berlangsung?". Dengan demikian pemandu dapat membantu masyarakat
untuk menemukan perkiraan waktu kejadian suatu peristiwa. Ketiga,
kadangkala timbul suasana yang tidak menyenangkan dalam diskusi karena
munculnya pembahasan mengenai individu-individu atau hal-hal tertentu yang
bersifat peka (sensitif). Untuk menghindari konflik, secara halus pemandu
dapat mengajak agar diskusi membahas keadaannya, bukan individu-individunya.
2. Teknik Pembuatan Bagan Kecenderungan dan
Perubahan
Desa
bukanlah suatu lingkungan yang statis atau tidak mengalami perubahan.
Perubahan di desa berasal dari dua arah, yaitu dari dalam desa itu sendiri dan
dari luar desa.
Sudah
menjadi hukum alam, bahwa setiap masyarakat akan mengalami perubahan-perubahan
keadaan dengan sendirinya, baik itu kearah kemajuan dtau kemunduran
(kemerosotan). Hal tersebut disebabkan oleh dinamika hidup masyarakat,
seperti: berkembang biak; berlangsungnya perang antar kelompok, antar
suku, atau antar bangsa; menghabiskan sumberdaya alam; membudidayakan
tanaman dan hewan; penemuan teknologi baru yang bersifat lokal, dan sebagainya.
Sejalan
dengan perkembangan teknologi moderen, serta perkembangan jaringan transportasi
dan komunikasi, semakin hari perubahan yang terjadi di desa akan datang lebih
cepat akibat pengaruh dari luar (terutama dari kota). Arah perubahan
tersebut juga dapat berakibat terjadinya kemajuan atau kemunduran (kemerosotan)
keadaan masyarakat suatu desa.
Memahami
perubahan-perubahan yang terjadi di desa dan memahami kecenderungan perubahan
tersebut sangat berharga bagi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program
pembangunan desa dalam jangka panjang.
Pengertian
Teknik
pembuatan bagan kecenderungan dan dan perubahan adalah teknik PRA yang dapat
menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian, serta kegiatan
masyarakat dari waktu ke waktu. Dari besarnya perubahan hal-hal yang
diamati, yang dapat berarti berkurang, tetap, atau bertambah,
kita dapat memperoleh gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang akan
berlanjut di masa depan.
Jenis-jenis informasi yang dikaji dalam pembuatan
bagan kecenderungan dan perubahan, antara lain:
§ Perubahan dan perkembangan keadaan
berbagai sumberdaya seperti tingkat kesuburan tanah, produktivitas lahan, curah
hujan, ketersediaan air, ketersediaan kayu bakar dan kayu bangunan.
§ Perubahan dan perkembangan tata guna
lahan (luas lahan untuk persawahan, perladangan, permukiman, hutan, rata-rata
luas kepemilikan, dan sebagainya).
§ Perubahan dan perkembangan penanaman
pepohonan (jenis-jenis pohon, jenis dan jumlah hasil, dan sebagainya).
§ Perubahan dan perkembangan penduduk
(kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk).
§ Perubahan jenis dan jumlah ternak yang
dipiara masyarakat desa setempat.
§ Perubahan dan perkembangan aspek
sosial, ekonomi dan budaya, politik, keamanan dan ketertiban, dan sebagainya.
Kajian kecenderungan dan perubahan bertujuan
untuk:
a.
Memfasilitasi masyarakat untuk mengenali berbagai perubahan terpenting yang
terjadi di berbagai bidang kehidupannya, serta mengkaji hubungan antar berbagai
perubahan tersebut.
b.
Memfasilitasi masyarakat untuk 'membaca' atau memperkirakan arah kecenderungan
dalam jangka panjang dengan cara menggambar bagan. Bagan tersebut
tersebut dapat kita jadikan grafik kecenderungan.
Manfaat kajian kecenderungan dan perubahan
Beberapa manfaat kajian kecenderungan dan
perubahan:
(1)
Bagi 'orang dalam' (masyarakat) antara lain: diskusi tersebut akan memunculkan
kesadaran tentang peran diri mereka sebagai pelaku perubahan keadaan
masyarakatnya sendiri; diskusi tersebut juga memunculkan
pemikiran-pemikiran mereka tentang sebab-sebab perubahan dan akibat (dampak)
perubahan yang baik dan yang buruk bagi mereka.
(2)
Bagi 'orang luar' antara lain: diskusi tersebut akan memberikan pemahaman
tentang perubahan-perubahan dan cara pandang masyarakat tentang perubahan
tersebut. Selain itu kita dapat memfasilitasi masyarakat dalam menilai
dan menemukan cara-cara mengatasi dan mencegah perubahan yang buruk.
Hasil
diskusi tersebut juga akan bermanfaat dalam menentukan topik kajian
selanjutnmya, serta sebagai bahan dalam penyusunan rencana kegiatan
pembangunan.
Langkah-langkah penerapan
Penerapan
teknik kajian kecenderungan dan perubahan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
1. Terangkan maksud dan proses pelaksanaan kegiatan.
2. Mulailah diskusi dengan topik yang ringan, biasanya bagi petani masalah tanaman atau ternak menjadi perhatian utama. Apabila sebuah topik telah selesai dibahas, lanjutkan dengan topik yang berikutnya.
3. Ajak masyarakat untuk mendiskusikan: perubahan-perubahan penting yang terjadi di desa, dan apa saja penyebab terjadinya perubahan-perubahan tersebut.
4. Setelah cukup tergambarkan, ambillah kesepakatan bersama peserta: topik-topik utama (perubahan-perubahan yang paling penting) yang akan dicantumkan ke dalam bagan serta perlu didiskusikan lebih lanjut; simbol topik-topik bahasan yang dicantumkan ke dalam bagan, berupa gambar-gambar sederhana yang mudah dikenali; simbol untuk memberikan nilai dengan bahan-bahan lokal yang tersedia (misalnya biji jagung, kerikil, daun singkong, dan sebagainya); ttik-titik waktu atau selang waktu yang akan dicantumkan.
5. Mintalah masyarakat untuk membuatkan bagan di atas kertas lebar yang ditempelkan di dinding beserta topik-topik informasi sesuai dengan hasil diskusi.
6. Cantumkan pada sudut kertas, simbol-simbol beserta artinya, serta penjelasan lain untuk memahami gambar.
7. Lakukan diskusi bagan perubahan lebih lanjut, yakni: apa akibat dari perubahan-perubahan (akibat yang sudah terjadi atau akibat yang mungkin terjadi di masa yang akan datang); apakah terdapat hubungan sebab akibat di antara perubahan-perubahan tersebut; apakah perubahan tersebut akan berlanjut terus di masa yang akan datang.
8. Catatlah seluruh masalah, potensi, dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan cermat, sebab hasil penggalian ini akan menjadi bahan bagi kegiatan penerapan teknik PRA yang lain.
9. Cantumkan nama-nama pserta diskusi (bila terlalu banyak dapat disebutkan beberapa nama tokoh yang hadir, jumlah peserta laki-laki dan perempuan). Cantumkan pula nama pemamndu diskusi, tempat dilalakukannya diskusi, dan waktu (tanggal) diskusi.
1. Terangkan maksud dan proses pelaksanaan kegiatan.
2. Mulailah diskusi dengan topik yang ringan, biasanya bagi petani masalah tanaman atau ternak menjadi perhatian utama. Apabila sebuah topik telah selesai dibahas, lanjutkan dengan topik yang berikutnya.
3. Ajak masyarakat untuk mendiskusikan: perubahan-perubahan penting yang terjadi di desa, dan apa saja penyebab terjadinya perubahan-perubahan tersebut.
4. Setelah cukup tergambarkan, ambillah kesepakatan bersama peserta: topik-topik utama (perubahan-perubahan yang paling penting) yang akan dicantumkan ke dalam bagan serta perlu didiskusikan lebih lanjut; simbol topik-topik bahasan yang dicantumkan ke dalam bagan, berupa gambar-gambar sederhana yang mudah dikenali; simbol untuk memberikan nilai dengan bahan-bahan lokal yang tersedia (misalnya biji jagung, kerikil, daun singkong, dan sebagainya); ttik-titik waktu atau selang waktu yang akan dicantumkan.
5. Mintalah masyarakat untuk membuatkan bagan di atas kertas lebar yang ditempelkan di dinding beserta topik-topik informasi sesuai dengan hasil diskusi.
6. Cantumkan pada sudut kertas, simbol-simbol beserta artinya, serta penjelasan lain untuk memahami gambar.
7. Lakukan diskusi bagan perubahan lebih lanjut, yakni: apa akibat dari perubahan-perubahan (akibat yang sudah terjadi atau akibat yang mungkin terjadi di masa yang akan datang); apakah terdapat hubungan sebab akibat di antara perubahan-perubahan tersebut; apakah perubahan tersebut akan berlanjut terus di masa yang akan datang.
8. Catatlah seluruh masalah, potensi, dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan cermat, sebab hasil penggalian ini akan menjadi bahan bagi kegiatan penerapan teknik PRA yang lain.
9. Cantumkan nama-nama pserta diskusi (bila terlalu banyak dapat disebutkan beberapa nama tokoh yang hadir, jumlah peserta laki-laki dan perempuan). Cantumkan pula nama pemamndu diskusi, tempat dilalakukannya diskusi, dan waktu (tanggal) diskusi.
Beberapa
hal yang seringkali lepas dari perhatian kita: jika masyarakat kurang terbiasa
dengan patokan tahun-tahun kejadian fasilitator dapat menyarankan dengan cara
lain, misalnya dengan berpatokan pada peristiwa-peristiwa masa lampau, seperti
masa penjajahan, masa kemerdekaan, pemberontakan, atau peristiwa spesifik yang
dialami masyarakat seperti saat terjadinya gempa bumi hebat, masuknya jalan
aspal ke desa, dibangunnya masjid atau gereja, dan sebagainya.
Kesepakatan tentang waktu akan tergantung pada kemampuan peserta diskusi dalam
mengingat kembali kejadian masa lampau.
3. Teknik Penyusunan Kalender Musim
Kegiatan-kegiatan
dalam daur kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh siklus musim,
seperti musim tanam menjelang musim hujan, musim panen setelah padi menguning,
musim paceklik jika kemarau panjang. Peristiwa sosial seringkali
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa musim tersebut, seperti pesta adat dan
perkawinan setelah panen yang berhasil, merantau atau migrasi ke kota atau
tempat lain saat muism paceklik.
Dengan
mengenali dan mengkaji pola-pola musiman ini akan terlihat 'pola' kehidupan
masyarakat yang merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan program.
Pengertian
Teknik
penyusunan kalender musim adalah teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian
kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan yang terjadi berulang dalam suatu kurun
waktu tertentu (musiman) dalam kehidupan masyarakat. kegiatan-kegiatan
dan keadaan-keadaan itu dituangkan ke dalam 'kalender' kegiatan atau
keadaan-keadaan, biasanya dalam jarak waktu 1 tahun (12 bulan).
Informasi-informasi
yang biasanya muncul adalah: penaggalan atau sistem kalender yang dipakai oleh
masyarakat; iklim, curah hujan, ketersediaan air; pola tanam/panen,
biaya pertanian hasil pertanian, dan produksi/produktivitas; ketersediaan
pangan dan pakan ternak terutama pada musim paceklik; ketersediaan tenaga
kerja; musim bekerja ke kota atau tempat lain pada masa paceklik;
masalah hama dan penyakit tanaman/ ternak; kesehatan (musim wabah
penyakit) dan kebersihan lingkungan; pola pngeluaran (konsumsi, produksi,
investasi); kegiatan sosial (kemasyarakatan), adat, agama; dan sebagainya.
Tujuan
kajian kalender musim adalah memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji:
Keadaan
dan pola kegiatan masyarakat, sehingga diperoleh profil kegiatan utama mereka
sepanjang tahun.
profil
kegiatan-kegiatan masyarakat, sehingga terlihat pola pemanfaatan waktu
masyarakat yaitu saat mereka sibuk bekerja, saat sibuk dengan kegiatan lain
(sosial, agama, adat), dan saat mereka memiliki waktu luang.
Tujuan
utama kajian kalender musim adalah memfasilitasi diskusi mengenai
masalah-masalah yang terjadi pada suatu keadaan atau dalam menyelenggarakan
suatu kegiatan.
Manfaat
kajian kalender musim
Adapun
manfaat kajian kalender musim adalah:
(1)
Gambaran mengenai pola kegiatan dan pola pembagian kerja masyarakat memunculkan
berbagai pemikiran tentang keadaan usaha mereka sendiri terutama usaha
pertanian. Melalui teknik ini muncul pembahasan tentang masa-masa sulit
dan masa-masa baik bagi usaha mereka, serta keadaan-keadaan yang mempengaruhi
terjadinya masa-masa tersebut.
(2)
Informasi yang diperoleh melalui teknik kalender musim dapat menjadi masukan
dalam pembuatan perencanaan. Sebagai contoh, dalam merencanakan suatu
program pertanian di desa perlu diketahui keadaan pertanian yang sudah ada,
misalnya pola tanam di desa yang bersangkutan.
(3)
Teknik ini juga berguna sebagai salah satu cara untuk menilai suatu tawaran
pprogram, misalnya tentang penanaman jenis tanaman baru, perbaikan varietas,
perubahan pola tanam, atau anjuran tanam serentak.
Langkah-langkah penerapan
Langkah-langkah kegiatan penerapan teknik
kajian kalender musim adalah sebagai berikut:
a. Terangkan maksud dan proses pelaksanaan
kegiatan
b.
Ajak masyarakat untuk mendiskusikan secara umum: jenis-jenis kegiatan apa yang
paling sering terjadi pada bulan-bulan tertentu; apakah kegiatan itu
selalu terulang dari tahun ke tahun; selain kegiatan, keadaan apa
yang juga sering terjadi pada bulan-bulan tertentu (misalnya kekeringan, wabah
penyakit).
c.
Setelah cukup tergambarkan, sepakatilah bersama peserta: kegiatan-kegiatan
utama yang akan dicantumkan ke dalam kalender serta perlu didiskusikan lebih
lanjut; keadaan-keadaan kritis yang berakibat besar bagi masyarakat yang
akan dicantumkan ke dalam kalender; simbol topik-topik bahasan yang
dicantumkan ke dalam bagan, berupa gambar-gambar sederhana yang mudah
dikenali; simbol-simbol untuk memberikan nilai dengan bahan-bahan lokal
yang tersedia (biji jagung, kerikil, daun singkong, dan sebagainya).
d.
Mintalah masyarakat untuk membuatkan kalender di atas kertas lebar yang
ditempelkan di dinding dengan mencantumkan kolom dua belas bulan serta
kolom topik-topik informasi sesuai dengan hasil diskusi.
e.
Cantumkan di sudut kertas, simbol-simbol beserta artinya serta penjelasan lain
untuk memahami gambar.
f.
Lakukan analisis kalender musim, yaitu: apa sebab terjadinya
masalah-masalah di dalam pengelolaan kegiatan mereka; apa sebab
terjadinya masa-masa kritis di masyarakat (kekeringan, wabah, paceklik, dan
sebaginya); apakah terdapat hubungan sebab akibat di masalah-masalah dan
keadaan-keadaan tersebut; apakah jalan keluar yang telah dilakukan
masyarakat untuk mengatasinya.
g.
Catatlah seluruh masalah, potensi, dan informasi yang muncul dalam diskusi
dengan cermat, sebab hasil penggalian ini akan menjadi bahan bagi kegiatan
penerapan teknik PRA yang lain.
h.
Cantumkan peserta, pemandu, tanggal dan tempatpelaksanaa diskusi.
4. Teknik Pembuatan Peta Desa
Salah
satu sumber informasi dan bahan perencanaan pembangunan yang umum dikenal
adalah peta. Hampir di setiap kantor lembaga pemerintah kita bisa
menemukan peta-peta yang dipasang di dinding. Ada peta topografi (peta yang
menggambarkan bentuk permukaan wilayah), peta geologi (peta yang menggambarkan
susunan dan jenis batu-batuan), peta hidrologi (peta yang menggambarkan keadaan
sumber-sumber dan aliran air), peta rencana kawasan, dan sebagainya. Ada
pula peta-peta sosial, misalnya yang menunjukkan penyebaran penduduk dari
berbagai suku dan bahasa, serta ada juga peta yang menunjukkan
batas-batas daerah administratif pemerintahan.
Dengan
penerapan PRA, peta lingkungan desa dibuat oleh masyarakat sendiri.
Berikut ini akan diuraikan mengenai teknik pemetaan yang tidak bertyujuan hanya
sekedar membuat peta itu sendiri, melainkan juga untuk penyadaran masyarakat
akan kondisi lingkungannya.
Pengertian
Pemetaan
adalah teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan
wilayah desa tersebut beserta lingkungannya. Keadaan-keadaan tersebut
digambarkan ke dalam peta atau sketsa desa. Ada peta yang menggambarkan
keadaan sumberdaya umum desa, dan ada peta dengan tema tertentu yang
menggambarkan hal-hal yang sesuai dengan ruang lingkup tema tersebut (misalnya
peta desa yang menggambarkan jenis-jenis tanah, peta sumberdaya pertanian, peta
penyebaran penduduk, peta pola pemukiman, dan sebagainya).
Ada
beberapa cara pemetaan keadaan desa:
A.
Pemetaan di atas tanah
Pemetaan
di atas tanah dapat dilakukan di halaman rumah atau tempat terbuka yang
memadai. Peralatan yang dipergunakan adalah peralatan yang sederhana, misalnya
tongkat kayu untuk menggaris, batu-batuan, biji-bijian, ranting-ranting,
daun-daunan, pasir atau kapur berwarna (bila ada). Bisa juga bahan-bahan
lain yang tersedia untuk dapat menandai bagian-bagian penting.
Keunggulan
pemetaan di atas tanah adalah cara ini dapat dilakukann oleh banyak orang
secara cepat dan mudah. Kesalahan informasi mudah diperbaiki kembali dan
lahan yang luas membuat informasi yang digambarkan lebih jelas dan
detail. Cara ini juga disukai oleh masyarakat serta menimbulkan kegembiraan
dan suasana santai. Hanya saja cara ini memiliki kelemahan, apabila
peserta terlalu banyak dan ramai agak sulit memfasilitasi diskusi. Selain
itu, hasilnya harus digambar kembali di atas kertas lebar untuk mendapatkan
dokumentasinya.
B. Pemetaan di atas kertas
Cara
ini mirip dengan cara pemetaan di atas tanah, hanya saja dilakukan di atas
kerta dngan menggunakan alat tulis (kalau bisa berwarna). Mula-mula
dilakukan penandaan dengan simbol-simbol seperti kacang-kacangan (biji-bijian),
daun-daun kecil, kerikil, atau digambar dengan pensil. Dengan demikian,
mudah diperbaiki atau dihapus bila terdapat kesalahan. Setelah
tanda-tanda (simbol-simbol) tersebut diganti dengan menggunakan spidol bermacam
warga agar menarik dan mudah dikenali. Bisa juga diganti dengan kertas
warna-warni yang dibentuk menjadi berbagai simbol dan ditempelkan. Arti
simbol-simbol informasi yang dicantumkan di atas peta diberi keterangan di
sudut kertas.
Keunggulan
cara ini adalah hasil pemetaan dapat ditinggalkan di desa atau dibawa sebagai
dokumentasi. Kelemahannya terletak pada lebar kertas yang terbatas,
sehingga menyulitkan dalam menggambarkan keterangan yang lebih rinci.
Selain itu, partisipasi masyarakat tidak sebesar dengan pemetaan di atas tanah
karena jumlah orang yang terlibat lebih sedikit.
C.
Pembuatan model atau maket
Selain
dalam bentuk gambar (dua dimensi), pemetaan dapat pula dibuat dengan model atau
maket (tiga dimensi). Pembuatan model merupakan pengembangan dari
pemetaan di atas tanah, yang berbeda adalah bhwa dalam kegiatan ini
simbol-simbol dibuat dalam bentuk yang menyerupai keadaan sebenarnya, meskipun
dalam ukuran yang lebih kecil. Pembuatan model ini meliputi bentuk
rumah-rumahan, bentuk balai desa, bentuk rumah ibadah, tiang-tianglistrik, sumber
air, bentuk-bentuk manusia, ternak, dan sebagainya.
Untuk
keperluan itu, masyarakat desa bersama tim PRA membuat berbagai model dengan
menggunakan peralatan seperti kertas karton untuk membuat model bangunan, tanah
liat atau lilin plastis untuk membuat model manusia dan ternak, lidi dan benang
untuk membuat model tiang listrik, dan sebagainya. Pembuatan model ini
dapat juga menggunakan benda-benda dan bahan lokal yang tersediadi lokasi
kegiatan, misalnya batu, ranting, daun, dan sebagainya.
Keuntungan
cara ini adalah bahwa model atau maket jauh lebih menarik dari segi
penampilan. Juga diharapkan mampu menimbulkan partisipasi peserta yang
lebih baik, karena kegiatan ini menyenangkan semua pihak yang terlibat.
Cara ini sangat baik untuk menarik minat masyarakat dan seringkali dianggap
sebagai hiburan oleh masyarakat. Kekurangan cara pembuatan model atau
maket adalah membutuhkan persiapan yang lebih lama untuk membuat
model-modelnya, dan untuk membuatnya dibutuhkan keterampilan khusus.
Apabila proses terlalu lama, masyarakat dapat menjadi bosan karena menghabiskan
waktu dan mengganggu acara keseharian mereka.
Sebenarnya
setiap teknik PRA dapat mengkaji jenis informasi apa saja. Secara garis
besar, jenis informasi yang biasa dikaji dengan pemetaan adalah:
a)
Peta sumberdaya desa (umum). Peta dibuat untuk melihat keadaan umum desa
dan lingkungannya yang menyangkut sumberdaya dan sarana/prasarana yang ada di
desa, keadaan fisik lingkungan desa seperti kondisi topografis, luas dan tata
letak lahan untuk kebun, persebaran pemukiman, daerah berhutan,
lahan-lahan kritis, mata air, sungai atau aliran air, pasar, sekolah, posyandu,
puskesmas, jalan raya, dan sebagainya.
b)
Peta sumberdaya alam desa. Peta ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati
secara lebih tajam mengenai potensi sumberdaya alam serta permasalahannya,
etrutama sumberdaya pertanian. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini
adalah kebun, hutan, sumber air pertanian, dan sumberdaya pertanian
lainnya. Seringkali lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik
masyarakat berada di batas dan luar desa, sehingga peta sumberdaya alam ini
dapat sampai ke luar desa.
c)
Peta khusus (topikal). Peta dibuat untuk menggali aspek tertentu dalam sebuah
wilayah seperti pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan, ekonomi,
keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan, kesehatan (misalnya peta khusus
penyebaran kebun dan lahan pertanian, peta khusus pemukiman dan penyebaran
penduduk berdasarkan kelas-kelas sosial, pemetaan penyebaran hama tikus, pemetaan
penyebaran penyakit tertentu, pemetaan rumah-rumah ibu hamil /menyusui dan
anak-anak balita, dan sebagainya. Yang dikaji antara lain adalah berbagai
sumberdaya yang ada, berbagai masalah, serta harapan-harapan masyarakat
mengenai keadaan tersebut.
Untuk
kegiatan pemetaan yang bertujuan menggali informasi yang bersifat umum, akan
lebih baik bila dihadiri oleh anggota masyarakat dari berbagai lapisan, tua
muda, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, penguasa dan rakyat
biasa. Untuk kegiatan pemetaan yang topiknya spesifik kadang-kadang perlu
sumber informasi tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan tentang informasi
yang bersangkutan. Berbagai jenis peta di kantor desa yang telah ada
dapat dimanfaatkan sebagai data sekunder.
Kajian pemetaan desa memiliki beberapa tujuan:
1. Memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan
keadaan desa dan lingkungannya sendiri, seperti:
§ Lokasi sumber daya dan batas-batas
suatu wilayah tertentu, misalnya dimana letak kawasan hutan, kebun-kebun, dan
sebagainya.
§ Keadaan jenis-jenis sumberdaya yang ada
di desa, baik masalah-masalah maupun potensi-potensinya.
2. Memfasilitasi masyarakat untuk
mengkaji perubahan-perubahan keadaan yang terjadi dari sumberdaya mereka, yaitu
mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat dari perubahan tersebut.
Manfaat kajian pemetaan desa
Bagi
'orang dalam' (masyarakat). Masyarakat telah turun-temurun hidup
dan bekerja di wilayahnya, sehingga mereka jarang memikirkan kembali seluruh
keadaan lingkungannya karena telah terlalu terbiasa. Dengan membuat peta,
masyarakat 'mengambil jarak' dari lingkungannya. Mereka dapat merenungkan
dan memikirkan kembali keadaan-keadaan yang dipetakan itu, serta merencanakan
arah perubahan.
Bagi
'orang luar', pemetaan bermanfaat untuk mengetahui gambaran tentang keadaan
wilayah, termasuk berbagai kejadian, masalah, hambatan, dan sumberdaya yang ada
di masyarakat. Selain itu pembuatan peta akan membantu orang luar untuk
menyelami cara berpikir masyarakat desa, prioritas-prioritas mereka,
alasan-alasan mereka melakukan sesuatu, cara mereka mengatasi masalah, dan
sebagainya.
Manfaat-manfaat
pemetaan yang lain adalah:
a). Kegiatan pemetaan bersama masyarakat dapat menimbulkan partisipasi yang sangat baik karena kegiatan ini cukup mudah dan mengasyikkan dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat. dengan demikian, kegiatan pemetaan juga merupakan bagian dari proses penyadaran masyarakat.
b). Pemetaan untuk pengenalan tata batas dapat bermanfaat dalam usaha-usaha mengatasi persengketaan mengenai tata batas yang sering terjadi dalam masyarakat.
c). Dalam proses PRA secara umum, informasi yang diperoleh dari kegiatan pemetaan dapat menjadi dasar bagi pemilihan dan penggalian informasi dengan teknik-teknik PRA lainnya.
d). Biasanya pemetaan dilakukan sebagai dasar perencanaan program yang akan dilakukan. Juga dapat dilakukan untuk keperluan evaluasi program di waktu-waktu mendatang. Hasil pencatatan (dokumentasi) kegiatan pemetaan tersebut, bila dilakukan beberapa kali dengan selang waktu yang cukup, merupakan salah satu media yang akan banyak membantu evaluasi perkembangan program.
a). Kegiatan pemetaan bersama masyarakat dapat menimbulkan partisipasi yang sangat baik karena kegiatan ini cukup mudah dan mengasyikkan dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat. dengan demikian, kegiatan pemetaan juga merupakan bagian dari proses penyadaran masyarakat.
b). Pemetaan untuk pengenalan tata batas dapat bermanfaat dalam usaha-usaha mengatasi persengketaan mengenai tata batas yang sering terjadi dalam masyarakat.
c). Dalam proses PRA secara umum, informasi yang diperoleh dari kegiatan pemetaan dapat menjadi dasar bagi pemilihan dan penggalian informasi dengan teknik-teknik PRA lainnya.
d). Biasanya pemetaan dilakukan sebagai dasar perencanaan program yang akan dilakukan. Juga dapat dilakukan untuk keperluan evaluasi program di waktu-waktu mendatang. Hasil pencatatan (dokumentasi) kegiatan pemetaan tersebut, bila dilakukan beberapa kali dengan selang waktu yang cukup, merupakan salah satu media yang akan banyak membantu evaluasi perkembangan program.
Langkah-langkah
penerapan pemetaan desa
1) Jelaskan maksud dan proses pemetaan yang
akan dilakukan.
2) Diskusikan tentang jenis-jenis sumberdaya
yang ada di desa, dan lokasi-lokasi sumberdaya tersebut. Setelah cukup
tergambarkan, sepakatilah bersama peserta:
a). Jenis-jenis sumberdaya penting yang akan dicantumkan ke dalam peta serta perlu didiskusikan lebih lanjut
b). Simbol setiap jenis sumberdaya yang dicantumkan ke dalam peta, baik berupa gambar-gambar sederhana yang mudah dikenali maupun simbol dengan bahan-bahan lokal yang tersedia (biji jagung, kerikil, daun singkong, dan sebagainya).
a). Jenis-jenis sumberdaya penting yang akan dicantumkan ke dalam peta serta perlu didiskusikan lebih lanjut
b). Simbol setiap jenis sumberdaya yang dicantumkan ke dalam peta, baik berupa gambar-gambar sederhana yang mudah dikenali maupun simbol dengan bahan-bahan lokal yang tersedia (biji jagung, kerikil, daun singkong, dan sebagainya).
3) Mintalah masyarakat untuk mulai membuat peta
baik di atas tanah maupun di atas kertas lebar yang ditempelkan di dinding
dengan cara berikut:
§ Pembuatan peta ini dimulai dari
tempat-tempat tertentu (titik awal) yang diinginkan masyarakat. Titik
awal ini biasanya berupa tempat-tempat yang mudah dikenal, seperti rumah
ibadah, sekolah, kantor desa, persimpangan jalan utama, lapangan, rumah kepala
desa, sungai utama, dan sebagainya.
§ Setelah lokasi-lokasi utama dipetakan,
kemudian peta itu dilengkapi dengan detail-detail yang lain seperti jalan
setapak, sungai-sungai kecil, batas dusun, dsb.
§ Lengkapi peta tersebut dengan detail-detail
khusus yang sesuai dengan jenis peta yang akan dibuat, misalnya untuk pembuatan
peta mengenai sumberdaya alam yang perlu digambarkan dengan teliti adalah
lahan-lahan pertanian, lahan-lahan kritis, hutan, ladang, ladang penggembalaan,
dan sebagainya.
§ Perhatikan proses terjadinya
peta/model. Apabila masih terdapat hal-hal yang terlewatkan, ajukanlah
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghidupkan diskusi. Pastikan bahwa
informasi yang diperoleh melalui peta sudah cukup memadai.
4) Cantumkanlah di sudut peta, simbol-simbol
beserta artinya atau penjelasan lain untuk memahami gambar.
5) Setelah peta selesai, lakukan diskusi lebih
lanjut, mengenai:
a. Bagaimana keadaan sumberdaya dan apa masalah-masalah yang terjadi dengan sumberdaya tersebut
b. Apa akibat dari perubahan-perubahan dan masalah-masalah tersebut terhadap kehidupan masyarakat
c. Apakah terdapat hubungan sebab akibat diantara perubahan-perubahan tersebut.
a. Bagaimana keadaan sumberdaya dan apa masalah-masalah yang terjadi dengan sumberdaya tersebut
b. Apa akibat dari perubahan-perubahan dan masalah-masalah tersebut terhadap kehidupan masyarakat
c. Apakah terdapat hubungan sebab akibat diantara perubahan-perubahan tersebut.
6)
Catatlah seluruh masalah, potensi, dan infromasi yang muncul dalam diskusi
dengan cermat, sebab hasil penggalian ini akan menjadi bahan bagi kegiatan
penerapan teknik PRA yang lain.
7)
Dokumentasi peta yang dihasilkan merupakan bahan acuan di kemudian hari.
Jika peta dibuat di atas tanah, maka perlu digambar kembali pada kertas.
Pada saat menyalin peta, gambar dapat dilengkapi dengan rincian tambahan,
memberinya keterangan nama-nama tempat, pemberian tanda untuk mata angain
dan nama tempat /dusun.
8)
Cantumkan pada sudut peta, peserta, pemandu, tempat dan tanggal dilangsungkannya
diskusi.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan teknik pemetaan:
a.
Waktu. Pemetaan di atas tanah membutuhkan waktu cukup lama (sebaiknya
tidak lebih 3—4 jam), tergantung topik-topik yang didiskusikan. Pembuatan
model/maket akan membutuhkan waktu yang lebih lama jika bahan-bahan belum
dipersiapkan oleh tim pemandu sebelumnya.
b.
Tempat. Persiapan yang lain adalah persiapan lokasi kegiatan. Untuk
pemetaan di atas tanah, siapkan tempat yang cukup luas, yang kira-kira dapat
menampung jumlah peserta diskusi. Tempat kegiatan sebaiknya cukup teduh
dan datar, tidak berbatu agar mudah digambar dan mudah diamati, dan tidak
berair. Perlu dipertimbangkan juga bahwa pembuatan peta di luar ruangan
mungkin dapat terganggu oleh hujan, panas, dan angin. Jangan lupa
mengikutsertakan masyarakat dalam meilih lokasi.
c.
Skala. Akan sangat baik jika peta yang dihasilkan dapat mendekati keadaan
yang sebenarnya. Namun, sebagai sarana diskusi, peta cukup dibuat
sederhana saja. Skala hanya diperkirakan saja, tidak perlu terlalu mutlak
tetapi perbandingan cukup masuk akal.
5. Teknik Penelusuran Desa/Lokasi (Transect)
Hubungan
antara manusia dengan lingkungan alam bagi masyarakat pedesaan sangat
erat. Mata pencaharian mereka umumnya mengolah alam secara langsung,
sehingga keadaan alam dan sumberdaya akan sangat menentukan keadaan
mereka. Tingkat kesuburan tanah, ketersediaan air dan curah hujan sangat
menentukan kegiatan pertanian masyarakat desa. Eratnya hubungan timbal
balik antara kehidupan masyarakat dan lingkungan alam menyebabkan hal ini perlu
dipahami dalam mengembangkan program bersama masyarakat. Dengan teknik
pemetaan diperoleh gambaran keadaan sumberdaya alam masyarakat beserta
masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan, potensi-potensi yang ada;
sedangkan untuk mengamati secara langsung keadaan lingkungan dan sumberdaya
tersebut, dipergunakan teknik penelusuran lokasi (transect).
Pengertian
Secara
harfiah, transek berarti gambar irisan muka bumi. Pada awalnya, transek
dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati
wilayah-wilayah ekologi (pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat
khusus keadaannya). Dalam pendekatan partisipatif, teknik penelusuran lokasi
(transek) merupakan teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan
dan sumberdaya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa
mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan
lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan atau gambar irisan muka
bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.
Jenis-jenis transek
Berdasarkan jenis informasi
(topik kajian), jenis transek mirip dengan pembuatan peta desa:
A. Transek sumberdaya desa (umum)
Penelusuran
desa adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah pemukiman desa guna
mengamati dan mendiskusikan berbagai keadaan. Keadaan-keadaan yang
diamati yaitu pengaturan letak perumahan dan kondisinya, pengaturan halaman
rumah, pengaturan air bersih untuk keluarga, keadaan sarana MCK, sarana
umum desa (sekolahan, toko, tiang listrik, gapura desa, puskesmas, lapangan
olah raga, dsb), juga lokasi kebun dan sumberdaya pertanian secara garis
besar. Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum
pemukiman desa tersebut dan sarana-sarana yang dimiliki desa; sedangkan keadaan
sumberdaya alam dibahas secara garis besarnya saja. Kajian ini akan
sangat membantu dalam mengenal desa secara umum dan beberapa aspek lainya dari
wilayah pemukiman yang kurang diperhatikan.
B. Transek sumberdaya alam
Transek
ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai potensi
sumberdaya alam serta permasalahan-permasalahan-nya, terutama sumberdaya
pertanian. Seringkali, lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik
masyarakat berada di batas dan luar desa, sehingga transek sumberdaya alam ini
bisa sampai ke luar desa.
Informasi-informasi yang biasanya muncul antara
lain:
1. Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi), termasuk kedalamnya adalah kemiringan lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah tangkapan air dan sumber-sumber air (sungai, mata air, sumur).
2. Pemanfaatan sumberdaya tanah (tataguna lahan), yaitu untuk wilayah pemukiman, kebun, sawah, ladang, hutan, bangunan, jalan, padang penggembalaan, dan sebagainya.
3. Pola usahatani, mencakup jenis-jenis tanaman penting dan kegunaannya (tanaman pangan, tanaman obat, pakan ternak, dsb), produktivitas lahan dan hasilnya, dan sebagainya.
4. Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumberdaya alam termasuk teknologi tradisional misalnya teknologi penahan erosi dari batu, kayu; pemeliharaan ternak, budidaya tanaman, sistem pengelolaan air, dan sebagainya.
5. Pemilikan sumberdaya alam, biasanya terdiri dari milik perorangan, milik adat, milik desa, milik pemerintah/negara.
1. Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi), termasuk kedalamnya adalah kemiringan lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah tangkapan air dan sumber-sumber air (sungai, mata air, sumur).
2. Pemanfaatan sumberdaya tanah (tataguna lahan), yaitu untuk wilayah pemukiman, kebun, sawah, ladang, hutan, bangunan, jalan, padang penggembalaan, dan sebagainya.
3. Pola usahatani, mencakup jenis-jenis tanaman penting dan kegunaannya (tanaman pangan, tanaman obat, pakan ternak, dsb), produktivitas lahan dan hasilnya, dan sebagainya.
4. Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumberdaya alam termasuk teknologi tradisional misalnya teknologi penahan erosi dari batu, kayu; pemeliharaan ternak, budidaya tanaman, sistem pengelolaan air, dan sebagainya.
5. Pemilikan sumberdaya alam, biasanya terdiri dari milik perorangan, milik adat, milik desa, milik pemerintah/negara.
Kajian
lebih lanjut yang dilakukan antara lain: (a) Kajian mata pencaharian yang
memanfaatkan sumberdaya tersebut, baik oleh pemilik maupun bukan. (b) Kajian
mengenai hal-hal lain yang mempengaruhi pengelolaan sumberdaya, seperti
perilaku berladang dan tatacara adat dalam pengelolaan tanah, pengelolaan air,
peraturan memelihara ternak, upacara panen, dan sebagainya.
C. Transek topik-topik lain
Transek
juga bisa dilakukan untuk mengamati dan membahas topik-topik khusus, seperti
halnya dengan pembuatan peta desa. Misalnya, transek yang dilakukan
khusus untuk mengamati sarana kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan desa,
transek wilayah persebaran hama penyakit, atau transek khusus untuk mengamati
sumber air dan sistem pengelolaan aliran air irigasi, dan sebagainya.
Berdasarkan Lintasan, transek
dapat dibedakan menjadi:
A. Transek lintasan garis lurus
Di tempat dan masyarakat berkumpul untuk
melakukan penelusuran lokasi, dibahas dan ditetapkan lintasan yang akan
dilakukan. Kegiatan penelusuran lokasi ini bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
(1) Berjalan mengikuti garis atau mengikuti
jalan utama dan jalan-jalan di pemukiman, di wilayah pertanian, dan di berbagai
bagian wilayah yaang ingin diamati keadaannya (dengan demikian, lintasan yang
sebenarnya tentu saja tidak benar-benar berupa garis lurus).
(2) Berjalan mulai dari titik terendah sampai
ke titik tertinggi atau sebaliknya dari titik tertinggi ke titik terendah
(biasanya dilakukan untuk membandingkan kondisi lahan dan jenis usaha pertanian
yang dilakukan pada tingkat ketinggian yang berbeda di wilayah dataran tinggi).
B. Transek lintasan bukan garis lurus
Kegiatan
ini dilakukan dengan perjalanan yang mengabaikan lintasan jalan yang ada.
Yang menentukan adalah letak-letak atau lokasi pengamatan yang telah direncanakan
sebelumnya. Dengan demikian, perjalanan dimulai dari lokasi yang paling
dekat ke paling jauh. Arah perjalanan untuk mencapai lokasi-lokasi
yang akan diamati tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kemungkinan, yaitu:
berkelak-kelok (zig-zag); bisa pulang pergi atau juga berputar; atau menyapu
semua arah. Berdasarkan pengalaman, cara ini memberikan suatu hasil yang
lebih menyeluruh daripada melintas lokasi mengikuti garis lurus.
C.
Transek lintasan saluran air (sumber air)
Penelusuran
ini dilakukan dengan berjalan mengikuti aliran air secara sistematis untuk
menyusuri aliran air atau tepian sungai. Pengamatan dilakukan terhadap
daerah di sepanjang saluran air atau tepian sungai untuk mengkaji penataan
sumber air bagi pertanian dan memperoleh informasi tentang pengelolaan daerah
aliran sungai yang dilakukan oleh para petani.
Tujuan
transek (penelusuran lokasi) adalah untuk memfasilitasi masyarakat agar
mendiskusikan keadaan sumberdaya-sumberdaya dengan cara mengamati langsung hal
yang didiskusikan di lokasinya. Hal-hal yang biasanya didiskusikan
adalah:
§
Masalah-masalah pemeliharaan sumberdaya pertanian, seperti erosi, kurangnya
kesuburan tanah, hama dan penyakit tanaman, pembagian air, penggundulan hutan,
dan sebagainya.
§
Potensi-potensi yang tersedia.
§
Pandangan dan harapan-harapan para petani mengenai keadaan-keadaan tersebut.
§
Hal lain yang disesuaikan dengan jenis transek dan topik bahasan yang dipilih
untuk diamati.
Manfaat
penelusuran lokasi (transek)
Bagi
orang dalam (masyarakat) penelusuran lokasi akan menimbulkan perasaan senang
karena mereka dapat memperkenalkan langsung pekerjaan, keadaan, pengetahuan dan
keterampilan mereka kepada sesama petani dan orang luar.
Bagi
orang luar, transek dapat membantu untuk melihat dengan jelas mengenai kondisi
alam dan rumitnya sistem pertanian dan pemeliharaan sumberdaya alam yang
dijalankan oleh masyarakat. Selain itu kita dapat belajar tentang cara
masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam.
Dalam
perencanaan program, transek dipergunakan untuk observasi langsung bagi
kegiatan penjajagan kebutuhan dan potensi, sedangkan dalam evaluasi program
teknik ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui fakta-fakta dan perubahan yang
telah terjadi.
Langkah-langkah penerapan
A. Persiapan
Persiapan
pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara khusus diperhatikan adalah
mempersiapkan tim dan masyarakat yang akan ikut, termasuk menentukan kapan dan
dimana akan berkumpul. Juga dipersiapkan berbagai alat tulis, kertas
lebar (kertas plano), karton warna-warni, kertas berwarna, lem, spidol
berwarna, dan bekal makanan minuman secukupnya.
Peserta
terdiri dari tim PRA dan masyarakat, biasanya terdapat anggota masyarakat yang
menjadi penunjuk jalan. Tim PRA sebaiknya memiliki anggota atau
narasumber yang memahami hal-hal yang sudah diperkirakan akan dikaji dalam
kegiatan transek ini, terutama masalah-masalah teknis pertanian.
B.
Pelaksanaan
1. Sebelum berangkat, bahas kembali maksud dan tujuan kegiatan penelusuran lokasi serta proses kegiatan yang akan dilakukan.
2. Sepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu sepakati lintasan penelusuran.
3. Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama), biasanya diambil dari titik terdekat dengan kita berada pada saat itu.
4. Lakukan perjalanan dan amati keadaan di sepanjang perjalanan. Biarkan petani (masyarakat) menunjukkan hal0hal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan dibahas keadaannya. Diskusikan keadaan sumberdaya tersebut dan amati dengan seksama.
5. Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap lokasi (tugas anggota tim PRA).
1. Sebelum berangkat, bahas kembali maksud dan tujuan kegiatan penelusuran lokasi serta proses kegiatan yang akan dilakukan.
2. Sepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu sepakati lintasan penelusuran.
3. Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama), biasanya diambil dari titik terdekat dengan kita berada pada saat itu.
4. Lakukan perjalanan dan amati keadaan di sepanjang perjalanan. Biarkan petani (masyarakat) menunjukkan hal0hal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan dibahas keadaannya. Diskusikan keadaan sumberdaya tersebut dan amati dengan seksama.
5. Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap lokasi (tugas anggota tim PRA).
C.
Setelah perjalanan
Bisa
saja selama berhenti di lokasi-lokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat
untuk setiap bagian lintasan yang sudah ditelusuri, namun yang sering terjadi
adalah pembuatan bagan setelah seluruh lintasan ditelusuri.
Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut:
Jelaskan
cara dan proses membuat bagan.
Sepakati
lambang atau simbol-simbol yang akan dipergunakan untuk menggambar bagan
transek. Catat simbol-simbol tersebut beserta artinya di sudut
kerta. Pergunakan spidol berwarna agar jelas dan menarik.
Mintalah
masyarakat untuk menggambarkan bagan transek berdasarkan hasil lintasan yang
telah dilakukan. Buatlah dengan bahan atau cara yang mudah diperbaiki atau
dihapus karena akan banyak terjadi koreksi.
Selama
penggambaran, tim PRA mendampingi karena pembuatan irisan ini cukup sulit
terutama mengenai: perkiraan ketinggian (naik turun permukaan bumi), perkiraan
jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain.
Pergunakan
hasil gambar transek tersebut untuk mendiskusikan lebih lanjut permasalahan,
potensi, serta harapan-harapan masyarakat mengenai semua informasi bahasan.
Buatlah
catatan-catatan hasil diskusi tersebut (tugas anggota tim PRA).
Cantumkan
nama-nama atau jumlah peserta, pemandu, tanggal dan tempat pelaksanaan diskusi.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penelusuran lokasi
(transek). Pertama, masalah waktu. Kegiatan ini biasanya dilakukan
pada pagi hari supaya cuaca masih sejuk dan segar, karenanya sebelum
pelaksanaan dibuat kesepakatan dengan masyarakat yang biasanya bekerja di
lahannya pagi hari. Kegiatan ini memerlukan waktu 2—3 jam perjalanan,
tergantung panjang lintasan yang ditelusuri dan kondisi lintasan, ditambah
waktu 2—3 jam pembuatan bagan dan diskusi lanjutan. Waktu kegiatan yang
cukup panjang memerlukan kesepakatan dan persiapan; meskipun dapat juga diskusi
dilakukan tidak langsung atau pada pertemuan berikutnya. Kedua,
kondisi cuaca (hujan) akan merupakan hambatan yang cukup serius. Oleh
karena itu faktor cuaca harus benar-benar diperhatikan sebelum melaksanakan
kegiatan penelusuran lokasi.
6. Pembuatan Sketsa Kebun
Usaha-usaha
pengembangan masyarakat, terutama di daerah-daerah pertanian sering dimulai
dari kegiatan di lahan petani. Para ahli dari 'luar' umumnya menganjurkan
penerapan berbagai jenis tanaman baru dan perubahan pola tanam yang diyakini
lebih baik hasilnya, tanpa mempertimbangkan sisipandang dan pengetahuan
petani. Pendekatan seperti ini banyak yang kurang berhasil dan banyak
menimbulkan masalah. Teknologi moderen ternyata belum tentu cocok dengan
kondisi dan kebutuhan petani di lokasi tertentu. Dengan demikian memahami
keadaan lahan (kebun) serta teknologi pertanian lokal secara cukup mendalam
merupakan dasar pertama dalam usaha pengembangan pertanian. Pembuatan
sketsa kebun bersama petani merupakan salah satu usaha ke arah itu.
Pengertian
Teknik
pembuatan sketsa kebun merupakan teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian
berbagai aspek pengelolaan kebun di wilayah atau desa yang bersangkutan.
Hasil kajian tersebut digambarkan dalam bentuk sketsa atau peta kebun yang
meperlihatkan berbagai aspek pengelolaan kebun tersebut terutama pola tanam dan
teknologi yang diterapkan.
Dari
pembuatan sketsa kebun akan didapatkan berbagai informasi baik informasi fisik
maupun non fisik. Informasi fisik yang didapatkan antara lain pola tanam,
luas lahan, jenis-jenis tanaman, praktik konservasi, tata letak bangunan dan
sarana prasarana, pembagaian lahan untuk tanaman keras, tanaman pangan, dan
sebagainya. Informasi non fisik yang kita dapatkan antara lain:
pendapatan yang diperoleh dari penjualan hasil kebun, pembinaan dan penyuluhan
yang diperlukan dan yang pernah didapatkan, teknologi pertanian yang bersifat
lokal beserta hasilnya dari masa lampau sampai sekarang, tenaga kerja dan
pemasaran hasil, serta informasi khsusus seperti masalah status tanah
terutama yang menyangkut kepemilikan lahan oleh lembaga adat dan pemerintah.
Tujuan
dan manfaat kajian sketsa kebun
Teknik
ini bertujuan untuk mengkaji keadaan dan pengelolaan kebun, antara lain
mengenai: (a) keadaan berbagai aspek kebun (misalnya, kesuburan tanahnya, ketersediaan
airnya, pola tanamnya, teknologi pengelolaannya, dsb; (b)
masalah-masalah yang terjadi di dalam pengelolaan kebun, apa penyebabnya dan
apa akibatnya; (c) bagaimana cara petani mencari jalan keluar.
Adapaun
manfaat kajian sketsa kebun dapat dibedakan menjadi dua. Bagi orang dalam
(petani):
§
pembuatan sketsa kebun bersama pemandu dari luar dan rekan petani yang lain,
merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang
lain;
§
petani juga memiliki kesempatan untuk mengambil jarak dari kebun yang sudah
begitu akrab baginya, dan memikirkan kembali keadaan kebun itu untuk
mempertimbangkan penyempurnaan di kemudian hari;
§
teknik ini dapat membantu menggerakkan proses penyadaran dan menumbuhkan
motivasi untuk lebih banyak belajar dari orang lain.
Bagi
orang luar:
o
teknik ini sangat membantu proses perencanaan kegiatan pertanian, baik untuk
tingkat keluarga atau yang lebih luas lagi, di tingkat dusun dan desa;
o
sketsa kebun juga dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk kegiatan
perencanaan kebun, yaitu dengan menggambarkan kebun yang dicita-citakan oleh
petani lalu menentukan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai cita-cita
tersebut;
o
teknik ini dapat dipakai untuk kegiatan pemantauan program pertanian, yaitu
dengan melakukan penggambaran di sebuah lokasi yang sama secara berkala dan
membandingkan sketsa-sketsa tersebut.
Langkah-langkah penerapan
A. Persiapan
Perisapan
khsusus untuk kegiatan pembuatan sketsa kebun adalah pengamatan awal
(observasi) terhadap kebun-kebun yang terdapat di lokasi. Hal ini bisa
dilakukan pada saat melakukan pnelusuran lokasi (transek). Dalam
persiapan ini, tim PRA bersama masyarakat menetapkan kriteria lokasi/kebun yang
akan dikaji. Kriteria yang sering dipergunakan dalam menetapkan
kebun-kebun yang akan diamati adalah:
§
Kebun tersebut mewakili keadaan kebun-kebun lain pada umumnya di desa dan
menunjukkan adanya keanekaragaman cara pengelolaan;
§
Kebun itu merupakan kebun terbaik yang ada di desa (karena adopsi teknologi)
atau sebaliknya kebun yang paling jelek (banyak masalah) yang ada di desa.
Proses
pemilihan bersam juga akan memperkecil timbulnya bias dari pihak masyarakat
atau pemerintah desa yang mungkin akan memperlihatkan kebun-kebun percontohan
saja.
B.
Pelaksanaan
Sebelum
berangkat ke kebun yang akan digambar, bahas kembali maksud dan tujuan kegiatan
pembuatan sketsa kebun serta proses kegiatan yang akan dilakukan.
Sepakati
bersama peserta, kebun mana yang akan didatangi. Setelah sampai lokasi,
peserta kerkeliling kebun untuk mengamati dan membahas secara umum keadaan
kebun.
Setelah
selesai pengamatan, peserta berkumpul untuk memulai pembuatan sketsa
kebun. Sepakati dulu simbol-simbol yang akan dipergunakan di dalam
sketsa. Catatlah simbol-simbol tersebut beserta maknanya pada susdut
kertas. Gunakan spidol berwarna agar lebih jelas.
Mintalah
masyarakat untuk membuat sketsa kebun tersebut sambil mendiskusikannya.
Pertama kali adalah penentuan batas-batas lokasi kebun dan penentuan arah mata
angin. Setelah itu baru dilengkapi berbagai aspek kebun atau segala
sesuatu yang yang terdapat di lokasi tersebut.
Dengan
menggunakan hasil gambar gunakan sebagai alat bantu, analisis lebih mendalam
dilakukan.
Catatlah
seluruh proses diskusi dan informasi yang dikaji selama diskusi berlangsung
(oleh anggota tim PRA).
Cantumkan
nama-nam atau jumlah peserta, nama pemandu, tanggal dan tempat pelaksanaan
diskusi di sudut gambar.
7. Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan
(Diagram Venn)
Dalam
setiap masyarakat pasti terdapat berbagai lembaga, baik lembaga
adat/tradisional yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat itu sendiri,
maupun lembaga-lembaga dari 'luar', seperti lembaga pemerintah atau swasta.
Ada lembaga yang bersifat longgar (perkumpulan atau kelompok), ada pula
lembaga-lembaga yang organisasinya jelas (pemerintahan desa).
Salah
satu hal yang penting dipertimbangkan dalam usaha pengembangan masyarakat
adalah pemanfaatan potensi lembaga-lembaga tersebut. Oleh karenanya, keberadaan
dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga tersebut perlu
diperhitungkan dalam setiap usaha pengembangan masyarakat. Teknik diagram
Venn merupakan teknik PRA yang sering dipergunakan untuk melihat hubungan
berbagai lembaga yang terdapat di desa, sehingga diagram ini dikenal sebagai
'bagan hubungan kelembagaan'.
Pengertian
Teknik
pembuatan bagan hubungan kelembagaan merupakan teknik PRA yang digunakan untuk
memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang
terdapat di lingkungannya. Hasil pengkajian dituangkan ke dalam diagram
Venn (sejenis diagram lingkaran, diadaptasi dari disiplin ilmu matematika),
yang akan menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh dan dekatnya hubungan suatu
lembaga dengan masyarakat.
Informasi
yang dikaji dalam pembuatan bagan hubungan kelembagaan adalah:
a.
Lembaga secara umum, yaitu informasi mengenai semua lembaga yang berhubungan
dengan masyarakat desa, baik yang berada di dalam desa tersebut, maupun yang
berada di luar desa, tetapi berhubungan dengan desa (misalnya puskesmas di
kecamatan). Jenis lembaga yang dikaji adalah: lembaga-lembaga lokal
(tradisional), lembaga-lembaga pemerintah (misal pemerintahan desa, puskesmas,
KUD, dsb), lembaga-lembaga suasta, misalnya lembaga swadaya masyarakat.
b.
Lembaga-lembaga khusus, yaitu informasi mengenai lembaga-lembaga tertentu,
misalnya lembaga yang kegiatannya berhubungan dengan pertanian saja, kesehatan
saja, lembaga adat, dsb.
Sumber
informasi utama adalah warga masyarakat, terutama mereka yang secara langsung
atau tidak langsung mempunyai pengalaman yang menyangkut lembaga-lembaga yang
bersangkutan. Informasi dari masyarakat dapat dicek silang dengan
informasi dari pengelola lembaga yang bersangkutan. Sementara itu, data
sekunder dapat juga digunakan sebagai perbandingan.
Tujuan
dan manfaat kajian bagan hubungan kelembagaan
Kajian
bagan hubungan kelembagaan bertujuan:
a.
Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai keberadaan, manfaat dan peranan
berbagai lembaga di desa.
b.
Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai saling hubungan diantara
lembaga-lembaga tersebut.
c.
Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai keterlibatan berbagai kelompok
masyarakat di dalam kegiatan kelembagaan tersebut.
Adapun
manfaat kajian bagan hubungan kelembagaan, dapat dibedakan menjadi dua:
a.
Bagi orang dalam (masyarakat). Diskusi ini akan lebih memperkenalkan
keberadaan lembaga-lembaga di desa karena seringkali lembaga-lembaga luar hanya
dikenal oleh sebagian kecil masyarakat yang terlibat. Diskusiini juga
berguna untuk membahas peningkatan berbagai lembaga. Setelah
mendiskusikan permasalahan dalam hubungan masyarakat dengan lembaga tersebut,
kemudian mengkaji harapan-harapan mereka mengenai kegiatan lembaga dan bentuk
hubungan yang sesuai dengan harapan tersebut.
b.
Bagi orang luar. Kita bisa memahami cara masyarakat membuat urutan prioritas
terhadap kegiatan lembaga-lembaga tersebut dan penilaian mereka tentang
sumbangan yang diberikannya kepada masyarakat desa. Bagi lembaga luar
yang telah menyelenggarakan program, informasi yang terungkap dapat menjadi
umpan balik yang bermanfaat dalam memperbaiki pelayanan lembaganya pada
masyarakat; sedangkan bagi yang sedang menjajagi kemungkinan pengembangan
program, kajian ini menjadi bahan acuan bagi kemungkinan kerjasama dalam
membuat kegiatan.
8. Kajian Mata Pencaharian
Dalam
suatu masyarakat, pengambilan keputusan dalam meilih mata pencaharian atau
prgantian mata pencaharian terjadi berdasarkan pengaruh tata-nilai
masyarakat. hal itu juga dipengaruhi oleh keinginan baru yang terbentuk
darai pertambahan wawasan dan pengalaman, dan usaha untuk memeperbaiki keadaan.
Mata
pencaharian atau pekerjaan merupakan kegiatan mendasar masyarakat manapun untuk
kelangsungan hidupnya, baik itu menghasilkan kebutuhan hidup sendiri, maupun
untuk pertukaran atau diperjualbelikan dengan orang lain. Bila suatu
program menganggap bahwa aspek mata pencaharian peserta akan dijadikan salah
satu titik masuk untuk tujuan pengembangan masyarakat, maka diperlukan suatu
cara yang mampu menyerap pandangan masyarakat tentang pengembangan mata
pencaharian mereka. Hal ini akan mendasari bagi pengembangan perencanaan
program.
Pengertian
Teknik
kajian mata pencaharian adalah teknik PRA yang digunakan memfasilitasi diskusi
mengenai berbagai aspek mata pencaharian masyarakat. jenis-jenis mata
pencaharian beserta aspek-aspeknya digambarkan di dalam sebuah bagan.
Informasi
yang dikaji yaitu jenis-jenis kegiatan atau keterampilan masyarakat yang
dapat/telah menjadi sumber mata pencaharian, baik pertanian maupun bukan
pertanian, ataupun bidang jasa.
Informasi
tentang berbagai aspek mata pencaharian ini bisa didapatkan langsung dari warga
masyarakat, tetapi akan lebih baik bila dilakukan oleh para pelaku mata
pencaharian yang bersangkutan. Selain itu, analisis kita bisa dilengkapi
dengan data sekunder dari kantor desa setempat.
Tujuan
dan manfaat
Tujuan
kajian mata pencaharian adalah memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai
berbagai aspek dari mata pencaharian masyarakat, baik yang dilakukan di dalam
desa maupun ke luar desa. Tujuan khusus yang kadangkala perlu
diperhatikan adalah perubahan-perubahan jenis pekerjaan yang berkembang di
masyarakat dengan terjadinya pembangunan.
Aspek-aspek
kajian tersebut antara lain: jumlah orang yang melakukan setiap jenis
pekerjaan, keadaan-keadaan mata pencaharian tersebut memenuhi kebutuhan atau
tidak, keadaan pasar dan pemasaran, ketersediaan dan keadaan bahan baku untuk
usaha, ketersediaan dan keadaan tenaga kerja baik perempuan maupun laki-laki
dan keterampilannya, serta tingkat pendapatan masyarakat.
Adapun
manfaat kajian mata pencaharian dapat ditinjau dari dua sisi:
a.
Bagi orang dalam. Diskusi ini menjadi ajang tukar pemikiran tentang
kelayakan kegiatan atau mata pencahariannya pada saat ini. Diskusi ini
dapatjuga memunculkan tentang jenis kegiatan yang layak dan dapat dikembangkan
di masa yang akan datang.
b.
Bagi orang luar. Hasil kajian ini menjadi dasar yang penting bagi
pengembangan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dasar masyarakat yaitu
peningkatan pendapatan berdasarkan potensi usaha yang ada.
Langkah-langkah
penerapan
A.
Persiapan
Pengetahuan
awal pemandu tentang jenis-jenis mata pencaharian akan sangat membantu dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang tepat untuk memandu diskusi.
Oleh karenanya sebaiknya data sekunder tentang mata pencaharian dikaji juga
akan membantu apabila pemandu telah mengamati lingkungan dan kegiatan-kegiatannya.
B.
Pelaksanaan
Jelaskan
maksud dan proses pelaksanaan kegiatan.
Ajak
masyarakat untuk mendiskusikan jenis-jenis pekerjaan atau mata pencaharian yang
ada di desa. Mintalah peserta untuk menuliskan semuanya di dalam kertas
besar (plano) yang ditempel di dinsing. Dapat juga dengan menuliskan
setiap jenis pekerjaan kedalam kartu-kartu.
Bahaslah
berbagai keadaan pekerjaan tersebut; misalnya pekerjaan-pekerjaan masyarakat
yang palin utama dan masalah-masalah di dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Setelah
cukup tergambarkan, sepakatilah bersama peserta: tentang jenis-jenis pekerjaan
yang akan dicantumkan ke dalam bagan serta perlu didiskusikan lebih lanjut;
aspek-aspek kajian yang perlu dibahas tentang mata pencaharian; simbol
topik-topik bahasan yang dicantumkan ke dalam bagan; dan simbol untuk
memberikan nilai.
Mintalah
masyarakat untuk membuatkan bagan di atas kertas besar yang ditempelkan di
dinding beserta topik-topik informasi sesuai dengan hasil diskusi.
Cantumkan
simbol-simbol dan artinya di sudut kerta, serta keterangan lain untuk memahami
bagan.
Jika
bagan mata pencaharian selesai, hasilnya dibahas kembali untuk melihat
kemungkinan terjadi koreksi atau penyempurnaan. Diskusikan lebih lanjut
bagan tersebut, terutama mengenai masalah-masalah yang dihadapi serta
potensi-potensi pengembangan usaha.
Catatlah
seluruh masalah, potensi, dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan cermat
(tugas tim PRA).
Cantumkan
nama-nama atau jumlah peserta, nama pemandu, tempat dan tanggal pelaksanaan
diskusi.
9. Wawancara Keluarga Petani (Wawancara Semi
Terstruktur)
Dalam
metode penelitian ilmiah terdapat teknik penelitian yang paling umum dikenal
yaitu wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah
kegiatan tanya jawab sistematis dengan warga masyarakat yang dipilih.
Dalam penelitian, kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari
masyarakat.
Dalam
penerapan PRA, teknik wawancara semi terstruktur juga dapat dipergunakan.
Bentuk dan proses wawancara dapat dijadikan lebih partisipatif dengan
memberikan kesempatan seluasluasnya kepada masyarakat yang diwawancarai untuk
mengemukakan pendapatnya. Caranya dengan membuat pertanyaan-pertanyaan
semi terbuka, artinya pertanyaan tidak ditentukan pilihan jawabannya, dan
pertanyaan dapat diubah dan dikembangkan berdasar jawaban orang yang
diwawancarai. Dalam PRA wawancara semi terstruktur lebih banyak digunakan
untuk mewawancarai keluarga petani, meskipun juga dapat diunakan untuk
wawancara kelompok dan individu.
Pengertian
Teknik
wawancara keluarga petani adalah teknik PRA yang dipergunakan untuk mengkaji
sejumlah topik informasi mengenai aspek-aspek kehidupan keluarga petani, yang
disusun dalam pedoman wawancara. Pedoman ini sifatnya semi terbuka,
karena hanya merupakan bahan acuan wawancara; artinya isi kajian dapat diubah
dan disesuaikan dengan proses diskusi untuntuk mencapai tujuan kajian.
Jenis
wawancara semi terstruktur dan tujuannya
A.
Wawancara individu/perorangan
Wawancara
individu dapat dilakukan dengan sasaran informan kunci atau wawancara
perorangan pilihan.
Wawancara
informan kunci dilakukan jika dibutuhkan kajian dengan sumber informasi yang
dianggap dimiliki oleh sumber informasi khusus. Informan kunci biasanya adalah
orang yang dianggap memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas
mengenai sesuatu. Bila kita masuk ke dalam sesuatu masyarakat yang baru,
orang seperti itu akan sangat berguna sebagai narasumber pertama.
Warga
masyarakat yang dapat dijadikan informan kunci adalah:
§
Orang luar yang sudah lama tinggal di desa tersebut, misalnya guru, dokter,
dsb.
§
Penduduk yang memiliki kedudukan dalam masyarakat, misal sesepuh/tetua,
perangkat desa, dsb.
§
Anggota masyarakat yang menonjol dan aktif terlibat dalam berbagai kegiatan
organisasi di desa.
Wawancara
perorangan pilihan dilakukan untuk memebrikan kesempatan kepada orang-orang
tertentu untuk menyampaikan keadaan dirinya, pendangan atau pemikirannya
tentang masyarakat dan lingkungannya. Hasilnya adalah berupa profil
perorangan, yakni gambaran keadaan seseorang yang dianggap mewakili
suatu kelompok masyarakat, misalnya buruh tani, petani penggarap, petani kaya
(tuan tanah), pengrajin, dan sebaginya.
B.
Wawancara keluarga/rumah tangga petani
Wawancara
keluarga petani dilakukan untuk mengkaji berbagai aspek kehidupan keluarga
petani. Hasilnya berupa profil keluarga petani, yakni gambaran keadaan
suatu keluarga sebagai informasi untuk mengetahui taraf kesejahteraan, taraf
kesehatan, pendidikan, serta harapan dan rencananya di masa depan. Perlu
diperhatikan, di pedesaan seringkali sebuah keluarga tinggal bersama
keluarga-keluarga lainnya dalam satu rumah. Yang disebut keluarga adalah
hubungan kerabat, yang berupa keluarga inti (bapak, ibu, anak-anak), atau
keluarga besar (+ orang tua, cucu, keponakan, dsb). Yang dimaksud rumah
tangga adalah unit pengelolaan perekonomian di dalam keluarga. Dalam satu
keluarga dapat terdiri dari sejumlah rumah tangga yang masing-masing mengelola
perekonomiannya sendiri, misalnya anak atau menantu dan orang tua masing-masing
mengelola rumahtangganya sendiri meskipun tinggal bersama sebagai suatu
keluarga.
C.
Wawancara kelompok (petani)
Wawancara
ini dilakukan untuk membahas sejumlah topik informasi yang telah ditetapkan di
dalam pedoman wawancara, tetapi dibahas dan didiskusikan di tingkat
kelompok. Apabila terjadi perbedaan pendapat, kelompok akan mendiskusikan
jawaban yang disepakati bersama. Hal-hal yang didiskusikan tergantung
dari kebutuhan informasi. Biasanya dipergunakan untuk mengecek silang
informasi-informasi dari hasil wawancara infroman kunci dan wawancara
perorangan pilihan atau hasil kajian dengan teknik-teknik PRA yang lain.
Manfaat
Manfaat
wawancara keluarga petani dapat dibedakan menjadi dua kelompok:
a.
Manfaat bagi orang dalam. Wawancara ini merupakan proses pembelajaran
bagi masyarakat dengan 'orang luar', yang berkunjung ke rumah atau ke lahan
usahatani dan berkenalan dengan anggota keluarga untuk berdiskusi bersama
tentang pengelolaan usahatani. Apabila yang didatangi adalah petani yang
hidup 'terpencil', kunjungan ini sekaligus untuk menyampaikan informasi tentang
kegiatan, sehingga mereka termotivasi untuk berpartisipasi.
b.
Bagi orang luar. Wawancara ini dilakukan setelah teknik analisis mata pencaharian
untuk mengakaji lebih mendalam mengenai berbagai aspek pengelolaan pertanian,
di tingkat keluarga atau rumah tangga. Apabila teknik-teknik yang lain
lebih banyak bersifat kualitatif, dengan teknik ini dapat diupayakan
pengambilan informasi yang bersifat kuantitatif (angka-angka), terutama
mengenai pendapatan keluarga, hal ini karena masyarakat biasanya agak tertutup
untuk menyampaikan nilai pendapatannya dalam forum diskusi yang lebih besar.
Langkah-langkah
penerapan
A.
Persiapan
1.
Menyusun pedoman wawancara. Pedoman wawancara disusun sesuai dengan
kebutuhan kajian. Topik-topik informasi di dalam pedoman ini merupakan
titik masuk ke pembicaraan yang dapat dikembangkan di dalam proses
wawancara. Daftar pertanyaan yang sesuai dengan tema/topik bahasan harus
dipersiapkan dahulu. Daftar topik dan pertanyaan itu hanya sebagai bahan
acuan, dan dalam proses wawancara dapat dikembangkan lagi.
2.
Memilih keluarga / rumah tangga yang akan diwawancarai dilakukan untuk melihat
perbedaan ekonomi keluarga-keluarga yang diwawancarai, terutama perbedaan dalam
pengaturan ekonomi keluarga. Anggota masyarakat yang diwawancarai antara
lain: keluarga yang mewakili berbagai keadaan masyarakat, misalnya dari
berbagai tingkat ekonomi. Pemilihan keluarga sebaiknya yang masih lengkap
anggotanya, yakni suami, istri dan anak-anaknya, serta keluarga yang tidak
lengkap misalnya janda atau duda atau salah satu suami atau istri merantau.
B.
Pelaksanaan wawancara
Menyepakati
dan mengatur waktu bersama keluarga yang akan diwawancara. Kita bisa datang
secara spontan kepada responden, dan melakukan wawancara apabila situasinya
memungkinkan.
Pada
awal wawancara, pewawancara berkenalan dan menjelaskan maksud kegiatan dengan
sederhana namun jelas.
Amati
keadaan sekitar, misalnya kondisi rumah, perabotan rumah tangga yang ada, hal
ini sangat membantu dalam pengenalan taraf kesejahteraannya. Bila
wawancara dilakukan di lahan atau kebun, amati keadaan sekitarnya.
Lakukan
obrolan tentang berbagai kegiatan keluarga. Biasanya topik pertama adalah
mengenai keadaan usahataninya dan siapa saja yang terlibat dalam pengerjaannya.
Lanjutkan
wawancara dari satu topik ke topik lain menggunakan pedoman wawancara sebagai
panduan. Wawancara dilakukan secara informal dengan sikap yang terbuka dan
akrab, sehingga pembahasan dari satu topik ke topik lain terjadi secara tidak
menyolok.
Gunakan
jawaban dari petani untuk mengembangkan topik obrolan selanjutnya.
Biarkan petani melanjutkan pembicaraan tentang hal-hal yang dianggapnya penting
mengenai kehidupan keluarganya.
Gunakan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing pendapat mereka tentang berbagai
hal. Pewawancara sebaiknya memfasilitasi dengan baik agar tidak terjebak
dalam diskusi berkepanjangan mengenai satu topik tertentu. Buatlah
catatan proes dan hasil wawancara secara cermat (tugas anggota tim PRA).
Cantumkan
nama responden, pewawancara, tempat, dan tanggal wawancara.
10. Teknik Pembuatan Bagan Arus Masukan dan
Keluaran
Salah
satu prinsip PRA adalah pendekatan yang menyeluruh, artinya dalam memahami
keadaan desa dimana kita tingga dan bekerja kita berusaha untuk melihat
keseluruhan masalah dan tidak hanya melihat sebagian saja. Salah satu
cara untuk mendapatkan suatu pengertian yang menyeluruh seperti itu adalah
melihat hal-hal yang kita amati sebagai suatu sistem. Teknik ini
merupakan teknik kajian tentang istem-sistem yang ada di desa.
Teknik
pemetaan, transek, pembuatan sketsa kebun, dan pembuatan bagan hubungan
kelembagaan sebenarnya telah merupakan bentuk umum dari suatu kajian sistem;
namun teknik ini akan memperlihatkan secara lebih rinci bagaimana setiap bagian
dari keadaan saling mempengaruhi. Kajian ini akan memperkaya pemahaman
tentang keadaan desa yang perlu untuk pembuatan kegiatan bersama.
Pengertian
Teknik
pembuatan bagan arus masukan dan keluaran adalah teknik PRA untuk mengkaji
sistem-sistem yang ada di masyarakat desa. Sistem tersebut digambarkan ke
dalam bagan yang memperlihatkan bagaian-bagian dalam sistem, yaitu masukan
(input) dan keluaran (aotput) serta hubungan antara bagian-bagian dalam sistem
itu. Masukan (input) adalah sumberdaya yang membuat sistem berjalan
dengan baik. Sumberdaya itu berupa tenaga kerja, waktu, uang, modal,
peralatan, keterampilan, dan sebagainya. Keluaran (output) adalah manfaat
atau hasil yang diperoleh setelah proses pengolahan sumberdaya-sumberdaya
tersebut.
Dengan
teknik ini kita dapat memahami cukup banyak sistem yang ada di tingkat desa;
misalnya: sistem pengelolaan perekonomian desa, sistem pengelolaan air desa,
sistem pengelolaan usaha rumah tangga/keluarga petani, sistem pengelolaan
usahatani dan pemasaran, sistem pengelolaan usaha kecil dan pemasaran.
Dengan
memahami sistem rumah tangga /keluarga petani secara umum kita dapat
menggambarkan dan mendiskusikan sumberdaya yang dimiliki oleh rumahtangga
petani, serta hasil yang diperoleh dari setiap pengelolaan sumberdaya keluarga,
baik yang dipergunakan sendiri maupun untuk dijual.
Tujuan
dan manfaat kajian bagan arus masukan dan keluaran
Kajian
ini bertujuan untuk :
§
Memfasilitasi diskusi masyarakat untuk mengakji suatu sistem, fungsi
masing-masing bagian dalam sistem itu, serta bagaimana hubungan antara
bagian-bagian dalam sistem itu.
§
Memfasilitasi masyarakat untuk mengakji kelayakan satu sistem usaha, apakah
sistem usaha masyarakat sebenarnya tidak layak lagi, apakah biaya pengelolaan
lebih besar daripada manfaat/hasil, dan sebagainya.
Adapun
manfaat kajian bagan arus masukan dan keluaran dapat dibedakan menjadi dua
kelompok:
a.
Bagi orang dalam (masyarakat), diskusi ini membentu mereka untuk melihat
kembali kondisi dan kehidupan mereka sendiri sebagai suatu keadaan yang saling
berhubungan dalam mekanisme tertentu. Diskusi ini memfasilitasi
masyarakat untuk memikirkan bagaian-bagian apa yang mungkin disempurnakan dalam
sebuah sistem. Masyarakat juga menilai kelayakan gagasan perubahan dalam
sistem yang ada itu. Dengan penilaian yang memperhatikan keseluruhan
sistem itu, dicegah diadakannya perubahan yang kurang layak.
b.
Bagi orang luar, kita dapat memahami bagaimana masyarakat mengelola sebuah
sistem, baik itu di tingkat keluarga maupun di tingkat masyarakat desa.
Kita juga dapatmemahami bagaimana cara masyarakat mengatasi masalah-masalah
terhadap sistem di desanya.
Langkah-langkah
penerapan
Jelaskan
kepada masyarakat maksud, tujuan, dan proses diskusi.
Tentukan
sistem yang penting untuk dikaji berdasarkan masalah dan kebutuhan yang sedang
dihadapi.
Diskusikan
bagian-bagian dalam sistem itu. Akan lebih mudah bila peserta diminta
untuk mencatat setiap bagian dari sistem di atas kartu-kartu.
Diskusikan
mana diantara bagian-bagian sistem tersebut yang menjadi masukan-masukan dalam
sistem itu. Masukan-masukan itu bisa digambar dengan simbol.
Diskusikan
mana diantara bagian-bagian sistem tersebut yang menjadi keluaran-keluaran
dalam sistem itu. Keluaran-keluaran itu dapat digambar dengan simbol.
Diskusikan
hubungan antara bagaian-bagian sistem. Hubungan-hubungan itu dapat
digambarkan dengan gambar panah, atau jika kita membuat bagan itu di atas
tanah, kita dapat mempergunakan benang atau tali yang kecil.
Mintalah
masyarakat untuk mulai meletakkan setiap bagian dari sistem (kartu-kartu) ke
atas kerta lebar yang ditempel di dinding. Buat pula tanda panah (garis
hubungan).
Bagan
yang sudah jadi kemudian didiskusikan lagi. Dari kajian ini diharapkan
muncul pemahaman bersama akan ada tidaknya masalah dalam sistem itu.
Cantumkan
tanda-tanda (simbol) dan artinya di sudut kerta, serta keterangan lain untuk
memahami bagan.
Jika
sistem itu sudah dipahami bersama, dan memang ada masalah-masalah yang terjadi
dalam sistem itu, diskusikan gagasan-gagasan perbaikan sistem itu.
Jika
muncul berbagai gagasan penyempurnaan sistem itu, kita dapat mencoba menilai
kelayakan sistem itu dengan menggambarkan perbaikan-perbaikan itu dalam gambar
bagan yang telah ada. Gambar baru itu dapat menjadi semacam simulasi
(peniruan) sistem yang telah diperbaiki.
Dalam
kajian sistem yang berkaitan dengan kegiatan usaha, apabila memungkinkan
lakukan penghitungan jumlah (angka) perkiraan untuk menilai keadaan usaha
tersebut.
Catat
seluruh hasil informasi dengan cermat (oleh anggota tim PRA).
Cantumkan
nama-nama atau jumlah peserta, nama pemandu, tempat dan tanggal pelaksanaan
diskusi.
11. Teknik Pembuatan Bagan Peringkat
(Teknik Matriks Ranking/ Teknik Kajian Pilihan)
Salah
satu teknik analisis yang bisa diterapkan secara luas adalah
membanding-bandingkan berbagai aspek dari sejumlah topik serta menyusun
peringkatnya. Matriks rangking ini dirancang khusus untuk melakukan
pilihan-pilihan dari sejumlah hal secara lebih cermat, terutama apabila
melakukan pilihan-pilihan kegiatan program.
Pengertian
Teknik
pembuatan bagan peringkat adalah teknik untuk mengkaji sejumlah topik dengan
memberi nilai pada masing-masing aspek kajian, berdasarkan sejumlah kriteria
perbandingan. Kriteria perbandingan tersebut berdasarkan pendapat
masyarakat sehingga sesuai dengan keadaan setempat. Biasanya yang
dibandingkan adalah topik-topik bahasan terpenting yang perlu dipertimbangkan
untuk pengembangan kegiatan-kegiatan.
Teknik
ini sesungguhnya lebih merupakan cara analisis daripada untuk mengumpulkan
informasi. Oleh karenanya, kegiatan ini biasanya dilakukan untuk
melengkapi kajian oleh teknik-teknik lainnya. Informasi-informasi yang
dikaji ditentukan berdasarkan keperluan tertentu.
Jenis-jenis
informasi kajian yang seringkali dilakukan, antara lain:
a. Pilihan teknologi pertanian, misalnya saat melakukan transek atau kunjungan usahatani.
b. Pilihan jenis tanaman yang perlu dikembangkan , misal muncul saat melakukan transek atau saat diskusi bagan KP.
c. Pengurutan mata pencaharian utama, misal muncul saat melakukan dengan teknik kajian mata pencaharian.
d. Pengurutan kelas sosial atau urutan kekayaan seseorang.
e. Pilihan masalah-masalah utama / prioritas yang perlu diatasi.
f. Pilihan-pilihan kegiatan; dan sebagainya.
a. Pilihan teknologi pertanian, misalnya saat melakukan transek atau kunjungan usahatani.
b. Pilihan jenis tanaman yang perlu dikembangkan , misal muncul saat melakukan transek atau saat diskusi bagan KP.
c. Pengurutan mata pencaharian utama, misal muncul saat melakukan dengan teknik kajian mata pencaharian.
d. Pengurutan kelas sosial atau urutan kekayaan seseorang.
e. Pilihan masalah-masalah utama / prioritas yang perlu diatasi.
f. Pilihan-pilihan kegiatan; dan sebagainya.
Sumber
informasi utama tentang penilaian sejumlah keadaan biasanya adalah dari hasil
teknik-teknik PRA sebelumnya. Kriteria-kriteria penilaiannya dibahas
bersama masyarakat, sedangkan infromasi teknis tentang hal-hal yang dinilai
dapat diperbandingkan antara teknologi lokal milik masyarakat dengan
pengetahuan atau pengalaman orang luar.
Tujuan
dan manfaat
Teknik
ini bertujuan untuk memfasilitasi pilihan masyarakat tentang sejumlah topik
informasi dengan cara memberikan penilaian sehingga bisa diperolehsuatu urutan
atau peringkat keadaan. Dalam melakukan penilaian, aspek-aspek yang
dipertimbangkan antara lain: manfaat-manfaat pilihan, ketersediaan
potensi-potensi untuk mengembangkan keadaan, hambatan-hambatan yang ada untuk
mengembangkan sustu keadaan. Secara sederhana, pengurutan biasanya
dilakukan untuk memberikan urutan jumlah (volume) suatu keadaan.
Adapun
manfaat utama yang dapat diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah dapat
mendorong dan merangsang pemikiran masyarakat dalam menentukan pilihan
berdasarkan keadaan setempat (potensi dan pembatasnya) dan memperoleh
pengertian tentang pilihan tersebut.
Langkah-langkah
penerapan
Sampaikan
kembali informasi-informasi yang pernah dibahas, sepakati topik kajian yang
memerlukan kajian menggunakan bagan peringkat.
Jelaskan
tujuan dan proses membuat bagan peringkat (matriks ranking).
Sepakati
hal-hal berikut: kriteria penilaian seperti manfaat pilihan, potensi yang
tersedia, dan faktor pembatas dari setiap pilihan; simbol-simbol yang
dipergunakan; cara melakukan penilaian serta skala nilai (1—10).
Mintalah
masyarakat untuk membuat bagan tersebut. Pemandu PRA mendampingi
masyarakat dalam proses tersebut.
Sepakati
pemberian nilai untuk masing-masing kriteria melalui proses diskusi.
Penentuan nilai dibuat berdasarkan kesepakatan peserta, bukan pendapat
perorangan.
Jumlahkan
nilai dari semua kriteria untuk masing-masing topik. Penjumlahan nilai
tersebut merupakan nilai total dari setiap topik.
Diskusikan
lebih lanjut bagan atau matriks tersebut serta periksa kembali pilihan-pilihan
yang telah dilakukan. Seringkali muncul kriteria atau pertimbangan
baru yang akan mengubah keputusan penilaian.
Catat
seluruh proses diskusi, pendapat, pertimbangan-pertimbangan dan
keputusan-keputusan yang dikemukakan oleh peserta (oleh anggota tim PRA).
Cantumkan
nama-nama atau jumlah peserta, nama pemandu, tempat dan tanggal pelaksanaan.
Rangkuman
Fasilitator masyarakat akan berhadapan langsung
dengan masyarakat yang bersifat heterogen. Apabila kita mengharapkan
hasil optimal dalam upaya memahami kondisi masyarakat pedesaan yang akan kita
fasilitasi dalam penyusunan rencana program pengembangannya, fasilitator harus
mampu melibatkan diri secara benar dalam masyarakat agar informasi yang kita
butuhkan dapat kita temukan secara mudah, bersifat komprehensif dan
representatif. Demikian halnya masyarakat yang kita dampingi agar tidak
merasa jenuh, maka diperlukan penerapan berbagai variasi teknik PRA.
Teknik-teknik PRA yang berkembang pesat di
masyarakat saat ini, adalah teknik penelusuran sejarah desa, pembuatan bagan
kecenderungan dan perubahan; pembuatan kalender musim; pembuatan peta desa;
penelusuran lokasi /desa (transect); pembuatn gambar kebun; pengkajian
lembaga-lembaga desa; pengkajian mata pencaharian penduduk desa;
wawancara keluarga petani (wawancara semiterstruktur); pembuatan bagan
alur; dan pembuatan bagan urutan (matriks ranking).
Secara umum proses penerapan teknik-teknik PRA
mencakup tiga tahap, yakni: (a) diskusi umum atau pembahasan
keadaan yang akan dituangkan ke dalam gambar visual; (b) pembuatan gambar
(visualisasi keadaan) sebagai alat atau media diskusi; dan (c) diskusi lebih
lanjut (analisis masalah dan potensi).
Setiap diskusi teknik PRA memerlukan
kesepakatan waktu pertemuan dengan masyarakat. Setiap diskusi teknik PRA
berarti memakai waktu yang dimiliki petani. Beragam teknik PRA sebaiknya
tidak diterapkan sekaligus, disarankan sebaiknya untuk sekali pertemuan dengan
2 (dua) teknik saja sebab satu teknik rata-rata memerlukan waktu 2—3 jam.
Tempat diskusi sebaiknya dilakukan di ruangan yang luasnya memadai.
Peserta diskusi sebaiknya tidak terlalu banyak, disarankan berkisar antara
10—15 orang sampai 25—30 orang.
DAFTAR PUSTAKA
Djohani,
Rianingsih. 1996a. Berbuat Bersama Berperan Setara.
Driya Media. Bandung.
Gito
S, 2000. BukU Ajar PRA. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung
(Tidak Publikasi)
Moeliono,
Ilya dan Djohani Rianingsih. 1996. Kebijakan dan strategi
menerapkan PRA dalam Pengembangan Program. Driya Media.
Bandung.
Mikkelsen,
B. 2001. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan
Rochdyanto,
Saiful. 2000. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode PRA.
Makalah ToT PKPI. Yogyakarta.
Pengertian.
Fasilitator yaitu otrang yang bertugas memfasilitasi
sekelompok orang lain untuk melaksanakan kegiatan. Dalam diskusi dengan
teknik-teknik PRA, fasilitator adalah tim PRA atau tim pemandu PRA; sedangkan
yang difasilitasi adalah masyarakat, dan sedikit demi sedikit kemampuan sebagai
fasilitator ini dialihkan kepada masyarakat.
Kebutuhan adalah masalah yang paling mendesak yang
dirasakan oleh masyarakat. Sifat mendesak ini tergantung pada tingkat
kesejahteraan masyarakat tersebut.
Masalah yaitu keadaan-keadaan yang dianggap
mengganggu, menghambat, atau mengurangi kesejahteraan hidup masyarakat.
Memfasilitasi yaitu menjalankan tugas sebagai fasilitator
dengan menyelenggarakan kegiatan yang mengupayakan masyarakat benar-benar
terlibat aktif di dalam proses kegiatan tersebut. Masyarakat sedikit demi
sedikit akan mengambil alih tugas memfasilitasi ini, sehingga merekalah yang
kemudian lebih banyak memimpin kegiatan-kegiatannya.
Potensi yaitu sumberdaya yang mungkin (belum
dilaksanakan) dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah atau kebutuhan
yang dihadapi masyarakat. dalam pendekatan PRA, potensi masyarakat perlu
dikaji karena penyelenggaraan kegiatan menitikberatkan pada kemampuan swadaya
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar